King telah meneliti penggunaan lebah madu sebagai pencegah alami gajah pengganggu tanaman sejak 2006 dan telah menerbitkan temuannya di berbagai jurnal ilmiah. Berdasarkan pengetahuan tradisional, metode membangun pagar sarang lebah yang ramah lingkungan di sekitar batas pertanian kini digunakan di 19 negara di Afrika dan Asia. Pagar lebah meningkatkan penyerbukan tanaman dan produksi madu—serta memungkinkan petani pedesaan dan gajah liar hidup berdampingan.
Upaya Memulihkan Relasi Manusia dan Gajah
Para peneliti kemudian menjadikan ini sebuah cara untuk mengatasi konflik manusia dan gajah. Para peneliti menyarankan para petani untuk membuat jalur pagar dengan merangkai sarang lebah setiap 20 meter.
Hasilnya, 80 persen gajah Afrika tidak berani mendekati lahan pertanian. Ini tentu saja membantu para gajah terbunuh dari konfliknya dengan manusia.
Hasil tersebut membuat para peneliti berharap temuannya ini dapat membantu menyelamatkan populasi gajah di alam liar. Terutama untuk mengatasi konflik gajah-manusia di Sri Lanka, Nepal, Thailand, dan India.
Di Afrika, sebuah kelompok konservasionis bernama Save the Elephants yang dikepalai King membangun pagar kawat dan sarang lebah untuk lahan seluas satu hektar. Dengan cara ini mereka dapat melindungi gajah sekaligus memberikan sumber penghasilan baru untuk para petani, yaitu panen madu dua kali dalam setahun.
Pagar sarang lebah ini juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai penghalang psikologis bagi para petani. Pagar ini membuat para petani berpikir dua kali sebelum menebang pohon atau membakar hutan untuk lahan pertanian.
Baca Juga: Pang Pha si Gajah Asia Pintar di Jerman yang Bisa Kupas Pisang Sendiri
Baca Juga: Dunia Hewan: Gajah Tidak Pernah Kawin dengan Saudara Kandungnya
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Konflik Manusia dengan Satwa Liar Meningkat
Baca Juga: Melarang Penggunaan Plastik Sekali Pakai demi Menyelamatkan Gajah
Awalnya, King kesulitan meyakinkan para petani untuk melakukan "ide gila" pagar sarang lebah ini.