Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari tim ilmuwan hewan dari University of Queensland menunjukkan bahwa gajah menggunakan indera penciumannya yang akut sebagai bentuk komunikasi. Mereka mempelajari gajah afrika (Loxodonta africana) untuk memahami perilaku sosial gajah tersebut.
Peneliti menemukan bahwa gajah tidak pernah kawin dengan saudara kandungnya karena dapat membedakan status kekerabatan walau mereka telah lama tidak bertemu. Gajah dapat menggunakan indera penciuman mereka untuk mendapatkan informasi sosial termasu status kekerabatan.
Temuan mereka tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports dengan judul "A pachyderm perfume: odour encodes identity and group membership in African elephants."
Seperti diketahui, hewan yang hidup berkelompok yang hidup dalam sistem sosial yang kompleks memerlukan cara komunikasi yang efektif untuk mempertahankan kohesi sosial mereka.
Individu perlu membedakan antara bau dalam dan luar kelompok untuk menghindari perkawinan sedarah dan untuk mengidentifikasi penerima untuk perilaku timbal balik.
Kehadiran bau kelompok yang unik, yang diidentifikasi pada beberapa mamalia sosial, adalah mekanisme yang diusulkan di mana spesies sejenis dapat membedakan kelompok dari anggota non-kelompok.
Dijelaskan, gajah afrika hidup dalam kelompok multi-betina yang stabil, kompleks secara sosial, dicirikan oleh hierarki filopatri betina, penyebaran jantan, dan dominasi linier.
Perilaku sosial gajah menunjukkan bahwa individu menggunakan bau untuk memantau jenis kelamin, status reproduksi, lokasi, kesehatan, identitas, dan status sosial sejenisnya.
Namun, sampai saat ini, tidak jelas informasi tetap atau variabel apa yang terkandung dalam sekresi gajah Afrika, dan apakah bau mengkodekan informasi kekerabatan atau keanggotaan kelompok.
Profesor Louw Hoffman dari Queensland University dan rekan-rekannya mempelajari 15 kelompok keluarga gajah Afrika di Suaka Margasatwa Majete, Malawi.
Profesor Louw Hoffman adalah pakar di University of Queensland untuk spesialisasi di bidang ilmu hewan, kambing, serangga, ilmu makanan dan daging eksotis.
"Di sini kami menggunakan profil semiokimia yang dihasilkan SPME GC-MS untuk sekresi temporal, bukal, dan genital untuk 113 gajah Afrika liar dan menguji hubungannya dengan ukuran keterkaitan genetik," tulis peneliti.
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR