“Beberapa hewan dalam penelitian ini dibiakkan di penangkaran, dan salah satu trik yang diajarkan kepada mereka adalah mengambil topi turis dan menciumnya,” kata Profesor Hoffman.
"Ketika turis itu kembali beberapa jam kemudian, gajah itu akan dapat segera mengidentifikasi pemilik topi itu."
“Gajah bisa dilatih untuk merasakan banyak hal, termasuk darah dan bahan peledak,” tambahnya.
Temuan ini menunjukkan gajah adalah makhluk yang kompleks, dan suara bukan satu-satunya bentuk komunikasi mereka.
“Kami melihat manusia sebagai puncaknya, tetapi kami sekarang tahu bahwa gajah adalah salah satu dari banyak hewan yang memiliki indra yang lebih selaras daripada kita," kata Profesor Hoffman. "
“Banyak yang bisa kita pelajari dari gajah.”
Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Konflik Manusia dengan Satwa Liar Meningkat
Baca Juga: Melarang Penggunaan Plastik Sekali Pakai demi Menyelamatkan Gajah
Baca Juga: Dunia Hewan: Jika Gajah Punah, Tingkat Karbon di Atmosfer Akan Tinggi
Baca Juga: Memahami Rahasia Gajah dan Satwa Liar Lainnya Lewat Kotorannya
Untuk diketahui, gajah bepergian sebagai kelompok keluarga diidentifikasi dari udara, dan bergerak sebagai unit sosial.
Untuk penelitian ini, izin diberikan oleh Departemen Taman Nasional dan Satwa Liar (DNPW) di Malawi, Taman Afrika (AP) dan CS untuk mengumpulkan penyeka kimia dan sampel darah di bawah pengawasan dokter hewan.
Gajah translokasi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bagian dari inisiatif konservasi berkelanjutan yang dilakukan melalui kolaborasi antara Departemen Taman Nasional dan Margasatwa Malawi (DNPW) dan LSM konservasi Taman Afrika.
Tujuan translokasi jangka panjang adalah menjaga kesehatan habitat di taman nasional Malawi, membangun populasi gajah yang stabil dan tangguh, serta memastikan kemakmuran masyarakat lokal yang tinggal di sekitar mereka.
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR