Harem Wang Zhaojun, Jadi Tumbal Kekaisaran Tiongkok demi Perdamaian

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 22 April 2023 | 09:00 WIB
Untuk mewujudkan perdamaian dengan suku nomaden Xiongnu, harem Wang Zhaojun dijadikan tumbal. Ia diserahkan pada pemimpin Xiongnu untuk dinikahi. (sothebys)

Wang tidak mau menggunakan uang untuk membeli kecantikan yang sudah dimilikinya. Ini membuat marah pelukisnya, Mao Yanshou, yang sengaja menggambarnya agar terlihat jelek. Penampilan dan bakatnya yang luar biasa diabaikan. Dan Wang Zhaojun tetap menjadi selir istana biasa.

Kaisar Yuan menukar kecantikan dengan perdamaian

Kemudian pemimpin suku Xiongnu, Shan-Yu Khukhenye, memasuki wilayah Kekaisaran Tiongkok. Berbeda dengan sebelumnya, ia datang bukan untuk menyerang atau menjarah, tetapi dengan damai.

Klannya, yang telah berjanji setia kepada kaisar Han sebelumnya, kini menjadi primadona di antara suku Xiongnu. Sekarang sang pemimpin punya permintaan khusus. Ia ingin menikahi seorang putri istana dan menjadi anggota keluarga Kekaisaran Tiongkok.

Tentu saja kaisar merasa keberatan. Ia tidak ingin darah suku barbar bercampur dengan darah bangsawan. Akan tetapi menolak permintaan pemimpin Xiongnu juga bisa mengancam perdamaian di kekaisaran.

Wang Zhaojun dipandang sebagai perwujudan koeksistensi peradaban Tiongkok kuno dengan dan pengaruh harmonisasi pada budaya asing. (Sailko)

Akhirnya Kaisar Yuan memilah-milah koleksi potret haremnya dan memilih pasangan yang cocok untuk kepala suku Xiongnu. Wang Zhaojun pun terpilih.

Versi lain dari cerita mengatakan bahwa Wang mengajukan diri untuk peran tersebut. Dan kaisar menyetujui berdasarkan penggambaran pelukis Mao Yanshou yang tidak menarik itu.

Wang Zhaojun tiba di hadapan Kaisar Yuan di istana untuk melakukan upacara perpisahannya. Saat itu sang penguasa Tiongkok pun menyadari tipu daya seniman istananya.

Di hadapannya ada kecantikan mutlak yang baru saja dijadikan tumbal untuk suku barbar demi perdamaian Kekaisaran Tiongkok.

Kaisar pun patah hati. Yang dipertaruhkan adalah aliansi berkelanjutan antara Dinasti Han dan suku Xiongnu, serta integritas.

Shan-Yu Khukhenye tentu saja sangat gembira menerima wanita yang begitu menawan sebagai istrinya. Mereka pun menyeberangi Tembok Besar untuk kembali ke padang rumput.