Nationalgeographic.co.id - Pada tahun 740-an, saat Eropa berada di Abad Kegelapan, seorang wanita cantik hidup dalam kemegahan yang tak terbayangkan di Tiongkok. Ia dimahkotai dengan tiara daun emas yang mengilap dan mengenakan jubah brokat emas. Ia adalah Yang Guifei, harem yang memainkan peran utama dalam kejatuhan zaman keemasan Dinasti Tang yang legendaris.
Siapa selir yang disebut-sebut-sebut sebagai salah satu dari empat wanita cantik Tiongkok Kuno itu? Bagi sebagian orang, Yang adalah diva dekaden yang menabur benih kejatuhan Dinasti Tang.
Sedangkan yang lain menganggapnya sebagai sosok lemah yang hancur karena cinta. Berita kematian tragisnya tersebar ke pelosok Kekaisaran Tiongkok.
Siapakah Yang Guifei?
Nama aslinya adalah Yang Yuhuan, putri seorang pejabat Sichuan yang bertanggung jawab atas sensus, pada tahun 719 Masehi.
Yang pertama kali menjadi perhatian Kaisar Xuanzong yang agung pada tahun 733. Saat itu, ia dipersembahkan sebagai pengantin putra kaisar, Li Mao.
Selama 20 tahun, Xuanzong menjadi penguasa yang kompeten dan rajin. Namun rupanya, pertemuan pertamanya dengan Yuhuan menandai awal dari kemunduran sang kaisar. “Dari kaisar taat menjadi seorang yang hedonis,” kata Alex Colville di laman The China Project.
Legenda mengatakan Xuanzong mengatur agar Yuhuan mandi di mata air panas di Istana Huaqing. Mata air itu biasanya disediakan untuk kaisar, keluarganya, dan sebagian besar pejabat senior. Ketika melihatnya muncul dari kolam beruap dengan pipi lembap dan memerah, sang kaisar pun langsung jatuh cinta.
Diangkat menjadi selir Kaisar Xuanzong
Kaisar Xuanzong mengatur agar Yuhuan menjadi biarawati Taois, memastikan pernikahannya dengan putranya batal demi hukum. Pada 745, Yang diterima di harem kekaisaran.
Saat menjadi kesayangan kaisar, Yuhuan berusia 26 tahun. Sedangkan Kaisar Xuanzong sendiri telah berusia 60 tahun. Ia mendapatkan nama “Guifei”, atau “selir berharga”, gelar tertinggi yang diciptakan hanya untuknya.
Kecantikannya tidak diragukan lagi. Bahkan 50 tahun setelah kematian Guifei, penyair Tang Bai Juyì menggambarkannya dalam “Song of Everlasting Sorrow". Guifei disebut sebagai wanita yang meluluhkan hati seseorang dengan senyum manis dan memiliki alis bak ngengat.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR