Para penjaga menolak untuk melangkah lebih jauh sampai kaisar membunuh selirnya yang berharga. “Kaisar awalnya menolak, tetapi akhirnya terpaksa menyerah,” ungkap Colville lagi.
Yang dibawa ke kuil Buddha, di mana dia dicekik oleh kasim istana atau digantung dengan tali sutra. Kaisar berlanjut ke Chengdu. Selir kesayangan Xuanzong terkubur di pinggir jalan dengan sutra ungu.
Xuanzong menguburkan Guifei satu tahun kemudian dalam perjalanan pulang ke ibu kota. Ia menangis sedih karena kehilangannya. Xuanzong bahkan memesan lukisan Guifei dan terus memandanginya.
Kehadiran selir Guifei dianggap menjadi awal kemerosotan Dinasti Tang. Guifei dibenci oleh banyak orang. Sebagian besar menganggap ia adalah penggoda yang ditugaskan musuh untuk menggulingkan kekaisaran.
Ia dibenci oleh Dinasti Song, yang percaya bahwa wanita dalam posisi kekuasaan hanya dapat menyebabkan kekacauan dan dekadensi. Seperti kue Marie Antoinette, penyair Tiongkok menetapkan lici Guifei sebagai simbol pesta pora dan keburukan.
Bahkan di masa republik, Guifei tetap menjadi simbol kemerosotan moral. Lukisannya muncul di kalender di Tiongkok.
Kalender 1915 Toko Obat Tiongkok-Prancis di Shanghai menimbulkan kehebohan dengan lukisan Guifei. Ia digambarkan muncul dari bak mandi Huaqing yang beruap. Pada saat itu, lukisan ini adalah hal yang sangat memalukan.
Akan tetapi Guifei tidak dilupakan. Opera Peking Klasik masih bersenandung tentang rasa frustrasi dan keinginannya di The Drunken Concubine. Dalam opera, Guifei dikisahkan menggoda para kasim dan membuat ulah jika kaisarnya belum tiba.
Guifei adalah bagian penting dari legenda zaman keemasan Dinasti Tang.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR