Nationalgeographic.co.id - Analisis DNA kuno baru-baru ini menunjukkan bagaimana ratu kuno kekaisaran Xiongnu membangun kerajaan besar yang membentang dari Kazakhstan hingga Mongolia. Kerajaan kuno ini yang nantinya akan memaksa Kekaisaran Tiongkok untuk membangun tembok besar.
Sumber utama informasi tentang Kekaisaran Xiongnu sebelumnya berasal dari catatan Tiongkok. Catatan tersebut mendeskripsikan orang-orang Kekaisaran Xiongnu sebagai musuh asing di sepanjang perbatasan utara dan barat Tiongkok.
Penggunaan istilah Xiongnu pun juga merupakan istilah yang merendahkan. Di dalam aksara Tionghoa, Xiongnu dieja sebagai "budak yang ganas" yang menunjukkan bagaimana orang-orang Kekaisaran Tiongkok memandang orang-orang Xiongnu.
Studi baru kali ini telah menunjukkan, bagaimana ratu kuno dan para wanita di kekaisaran Xiongnu, memainkan peran penting dalam menyatukan orang-orang Xiongnu menjadi Kekaisaran Xiongnu, salah satu kerajaan nomaden pertama di Stepa Eurasia timur, bersama-sama.
Xiongnu, yang mungkin merupakan salah satu nenek moyang kuno bangsa Mongol, membentuk konfederasi masyarakat nomaden yang menguasai sebagian besar Asia Tengah, dari Kazakstan hingga Mongolia saat ini, dari sekitar abad kedua Sebelum Masehi (SM) sampai abad pertama Masehi.
Akan tetapi sedikit yang diketahui tentang mereka, kecuali beberapa catatan Tiongkok masa lalu dan studi genetik baru-baru ini berdasarkan DNA kuno dari sisa-sisa mereka yang terkubur, kata Bryan Miller, seorang arkeolog di University of Michigan.
"Ini adalah kerajaan dengan keragaman genetik yang ekstrim," katanya kepada Live Science. "Menyebut diri sendiri Xiongnu pada saat itu berarti menyebut diri sendiri sebagai bagian dalam kerajaan besar ini."
Namun, menurut peneliti, masih belum diketahui bagaimana keragaman ini disusun di tingkat komunitas lokal atau status sosial politik. Untuk mengatasinya, mereka menyelidiki kuburan elite aristokrat dan lokal di perbatasan barat kekaisaran.
Miller adalah salah satu penulis utama studi baru yang mengeksplorasi genetika sisa-sisa yang ditemukan di kuburan Xiongnu di kaki bukit Pegunungan Altai selatan, dekat perbatasan kekaisaran.
Penelitian baru tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science Advances belum lama ini. Makalah tersebut diterbitkan dengan judul "Genetic population structure of the Xiongnu Empire at imperial and local scales" yang merupakan jurnal akses terbuka.
Dari hasil penelitian tersebut, tes DNA di dua kuburan Xiongnu menunjukkan bahwa orang-orang yang dimakamkan di makam terbesar adalah wanita yang memiliki hubungan dekat dengan orang-orang dari jantung Kekaisaran Xiongnu—kira-kira di tengah-tengah Mongolia modern—yang genetikanya sudah diketahui.
Para wanita dimakamkan dengan barang-barang kuburan yang kaya, termasuk piringan emas hias, potongan kereta perunggu, dan perlengkapan kuda.