Pencarian Beruang Purba di Gua Alaska Hasilkan Temuan Penting Manusia

By Wawan Setiawan, Rabu, 26 April 2023 | 16:00 WIB
Gua di Alaska.Pencarian beruang purba di gua Alaska menghasilkan penemuan manusia yang penting. (Adobe Stock - matthew knutson)

Nationalgeographic.co.id—Orang pertama yang tinggal di Amerika bermigrasi dari Siberia melintasi jembatan darat Bering lebih dari 20.000 tahun yang lalu.

Beberapa dari mereka ada yang berjalan ke selatan hingga Tierra del Fuego, di ujung Amerika Selatan.

Namun, sebagian yang lain menetap di daerah yang lebih dekat dengan tempat asal mereka di mana keturunan mereka masih berkembang sampai saat ini.

Studi baru yang dilakukan oleh University at Buffalo ahli biologi evolusi Charlotte Lindqvist dan kolaborator mengungkap sebuah temuan penting.

"Penelitian yang tidak mungkin dilakukan hanya 20 tahun yang lalu," kata Lindqvist.

Mereka mengungkapkan bahwa beberapa Penduduk Asli Alaska modern masih hidup hampir persis seperti nenek moyang mereka sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Studi ini dilakukan dengan menggunakan analisis data genetik kuno.

Hasil temuan mereka diterbitkan di jurnal iScience pada 3 April 2023 berjudul “A paleogenome from a Holocene individual supports genetic continuity in Southeast Alaska.”

Lindqvist, profesor ilmu biologi di Sekolah Tinggi Seni dan Sains UB, adalah penulis senior makalah ini.

Selama studi ekstensifnya di Alaska, dia menjelajahi sisa-sisa mamalia yang ditemukan di sebuah gua di pantai tenggara negara bagian itu.

Satu tulang awalnya diidentifikasi berasal dari beruang. Namun, analisis genetik menunjukkan bahwa itu adalah sisa-sisa manusia milik seorang wanita.

Tulang yang ditemukan para peneliti adalah milik individu kuno yang oleh Asosiasi Koperasi Wrangell diberi nama Tatóok yík yées sháawat (Wanita muda di gua). (University at Buffalo)

"Kami menyadari bahwa masyarakat adat modern di Alaska, seandainya mereka tetap tinggal di wilayah tersebut sejak migrasi paling awal, dapat dikaitkan dengan individu prasejarah ini," kata Alber Aqil. 

Dia merupakan mahasiswa PhD UB dalam ilmu biologi dan penulis pertama makalah tersebut.

Penemuan ini mengarah pada upaya untuk memecahkan misteri. Analisis DNA sangat cocok untuk menjawab ketika sisa-sisa arkeologi masih sangat jarang.

Orang-orang paling awal sudah mulai bergerak ke selatan di sepanjang Pantai Barat Laut Pasifik sebelum rute pedalaman di antara lapisan es menjadi layak.

Beberapa, termasuk individu wanita dari gua, membuat rumah mereka di daerah yang mengelilingi Teluk Alaska.

Daerah itu sekarang menjadi rumah bagi Bangsa Tlingit dan tiga kelompok lainnya: Haida, Tsimshian, dan Nisga'a.

Tlingit secara tradisional adalah penganut animisme, dan para pemburu secara ritual menyucikan diri sebelum berburu binatang.

Dukun mereka terutama pria,  menyembuhkan penyakit, merekayasa cuaca, membantu berburu, meramalkan masa depan, dan melindungi orang dari sihir.

Saat Aqil dan rekannya menganalisis genom dari individu berusia 3.000 tahun ini. Mereka menentukan bahwa dia berkerabat paling dekat dengan Penduduk Asli Alaska yang tinggal di daerah tersebut saat ini.

Fakta ini menunjukkan bahwa sangatlah penting untuk secara hati-hati mendokumentasikan sejelas mungkin setiap hubungan genetik dari perempuan kuno dengan penduduk asli Amerika saat ini.

Dalam upaya tersebut, penting untuk bekerja sama secara erat dengan orang-orang yang tinggal di tanah di mana sisa-sisa arkeologi ditemukan.

Oleh karena itu, kerja sama antara penduduk asli Alaska dan komunitas ilmiah telah menjadi komponen penting dalam penjelajahan gua yang dilakukan di wilayah tersebut.

Asosiasi Koperasi Wrangell menamai individu purba yang dianalisis dalam penelitian ini sebagai "Tatóok yík yées sháawat" (Wanita muda di gua).

Kepala Anotklosh dari bangsa Taku. Dia mengenakan selimut tenunan Chilkan dari kulit kayu cedar dan wol kambing gunung serta topi bergaya Eropa, dan memegang mainan burung kayu berukir. Foto oleh W.H. Case, ca. 1913, Juneau, Alaska. (Wikipedia / Themightyquill)

Memang, penelitian Aqil dan Lindqvist menunjukkan bahwa Tatóok yík yées shaawat sebenarnya paling dekat hubungannya dengan masyarakat Tlingit masa kini dan suku-suku di sepanjang pantai.

Oleh karena itu, penelitian mereka memperkuat gagasan bahwa kesinambungan genetik di Alaska Tenggara telah berlangsung selama ribuan tahun.

Migrasi manusia ke Amerika Utara, meskipun dimulai sekitar 24.000 tahun yang lalu, datang dalam gelombang—salah satunya, sekitar 6.000 tahun yang lalu— termasuk Paleo-Inuit, sebelumnya dikenal sebagai Paleo-Eskimo.

Sangat penting untuk memahami migrasi masyarakat adat dari Asia, sebab DNA Tatóok yík yées sháawat tidak mengungkapkan nenek moyang dari gelombang kedua pemukim, Paleo-Inuit.

Memang, analisis yang dilakukan oleh Aqil dan Lindqvist membantu menjelaskan diskusi berkelanjutan tentang rute migrasi, percampuran antara orang-orang dari gelombang yang berbeda ini. Dia juga memaparkan pola teritorial modern masyarakat pedalaman dan pesisir Pasifik Barat Laut di era pra-kolonial.

Narasi asal lisan orang Tlingit termasuk kisah letusan Gunung Edgecumbe terbaru, yang akan menempatkan mereka tepat di wilayah tersebut pada 4.500 tahun yang lalu.

Tatóok yík yées shaawat, kerabat mereka, tidak hanya memberi tahu peneliti antropologi modern tetapi juga orang Tlingit sendiri.

Baca Juga: Mengungkap Misteri Mumi Beruang Purba dari Permafrost Siberia

 Baca Juga: Beruang Kutub dan Perubahan Iklim: Seputar Kabar Hoaks dan Faktanya

 Baca Juga: Eksploitasi Kulit Beruang Telah Berlangsung Lebih dari 320.000 Tahun

 Baca Juga: Cara Cerdas Beruang Kutub Beradaptasi saat Es di Greenland Mencair

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung hak orang Tlingit dalam mengontrol dan melindungi warisan budaya dan sumber daya genetik mereka.

Data dari studi Tatóok yík yées sháawat akan tersedia hanya setelah peninjauan penggunaannya oleh Dewan Suku Asosiasi Koperasi Wrangell.

“Sangat menyenangkan bisa berkontribusi untuk pengetahuan kita tentang prasejarah Alaska Tenggara,” kata Aqil.

Penelitian ini didanai oleh National Science Foundation. Selain Lindqvist dan Aqil, penulis makalah baru ini termasuk Stephanie Gill, Omer Gokcumen, Ripan S. Malhi, Esther Aaltséen Reese, Jane L. Smith, dan Timothy T. Heaton.