Gelombang Panas Jadi Ancaman Negara yang Belum Terpapar Sebelumnya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 27 April 2023 | 16:01 WIB
Di antara banyak ancaman iklim yang diasosiasikan para ilmuwan dengan pemanasan global—badai yang lebih kuat dan merusak, kekeringan, naiknya permukaan laut, musim kebakaran yang lebih lama— peningkatan gelombang panas adalah yang paling intuitif dan langsung. (Thinkstockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim membuat gelombang panas di dunia lebih sering terjadi. Hari ini, negara-negara di Asia mengalaminya dan mencatat berbagai rekor suhu tertinggi yang belum pernah ada sebelumnya.

Gelombang panas dan suhu tinggi ekstrem punya dampak buruk bagi kehidupan manusia. Selain kesehatan, dampaknya memengaruhi infrastruktur vital di suatu negara yang punya efek domino pada perekonomian.

Para peneliti dalam jurnal Nature Communications memaparkan bahwa panas ekstrem terjadi di beberapa kawasan dunia. Akan tetapi, banyak negara di dunia yang justru belum siap untuk mengambil langkah penanggulangan gelombang panas. Sehingga, negara-negara ini pada akhirnya menjadi yang paling terdampak buruk.

"Karena gelombang panas semakin sering terjadi, kita perlu lebih siap," kata Vikki Thompson, penulis utama makalah bertajuk "The most at-risk regions in the world for high-impact heatwaves" itu. Dia adalah peneliti dari School of Geographical Sciences, University of Bristol.

"Kami mengidentifikasi wilayah yang mungkin beruntung sejauh ini—beberapa di antaranya wilayah ini memiliki populasi yang berkembang pesat, beberapa adalah negara berkembang, dan beberapa sudah sangat panas. Kita perlu bertanya, apakah rencana aksi panas untuk wilayah ini sudah cukup?" lanjutnya, dikutip dari Phys.

Negara-negara seperti Afganistan, Papua Nugini, dan Amerika Tengah berada pada titik berbahaya.

Pasalnya, negara-negara ini belum pernah mengalami panas ekstrem sebelumnya. Ditambah lagi dengan kerentanan sosial ekonomi yang membuatnya sebagai negara yang akan buruk terimbas dari panas ekstrem.

Negara yang belum pernah mengalami panas ekstrem akan mengambil langkah adaptasi baru, seiring dengan gelombangnya yang kian intens.

Akan tetapi, langkah adaptasi ini baru diambil ketika terpapar, bukan sebelum untuk mengantisipasi.

Pada akhirnya, suhu tinggi ekstrem yang memecahkan rekor di masing-masing negara, berdampak pada pertumbuhan populasi, perawatan, dan ketersediaan energi, terang para peneliti.

Yang lebih mengkhawatirkan, terang para peneliti, adalah kota dengan padat penduduk. Para peneliti melaporkan Beijing dan kota-kota di Eropa Tengah berada di daftar titik panas.

Jika gelombang panas memecahkan rekor ini terjadi di tempat penduduk, jutaan orang akan sangat terdampak.