Inilah Cara Sapu Jagat Lindungi Keanekaragaman Hayati dan Krisis Iklim

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 28 April 2023 | 07:00 WIB
Hutan menyimpan keanekaragaman hayati. Inilah cara penggabungan pelestarian keanekaragaman hayati dan mencegah krisis iklim yang bisa diterapkan penguasa. (Zulkifli/National Geographic Indonesia)

Misal, salah satunya, suhu yang meningkat dari pemanasan global. Selain itu, karena lingkungannya yang berubah, banyak dari spesies harus menggeser habitatnya. 

Para peneliti memantau bahwa spesies bergerak mengikuti kisaran suhu yang semestinya mereka dapati.

Spesies-spesies itu bermigrasi lebih dekat ke kutub atau tempat yang lebih tinggi. Sementara yang di laut, berpindah ke tempat yang lebih dalam.

Akan tetapi, tidak semua spesies bisa berpindah. Terumbu karang, misalnya, hanya bisa dapat mengubah habitatnya secara bertahap untuk beradaptasi.

Masalahnya, suhu terus meningkat yang membuatnya rentan mati. Para peneliti memperkirakan bahwa dalam jangka panjang, terumbu karang akan menghilang seluruhnya di muka bumi.

Kebuntuan iklim di berbagai biomassa juga mengancam spesies yang bergerak. Tidak semua lingkungan tempat bermigrasi bisa cocok sebagai habitat baru mereka. Misal, di puncak gunung, pulau, atau kutub, yang sedikit sekali sumber makanan atau cuacanya ekstrem untuk tinggal.

 “Selain itu, setidaknya 30 persen dari semua zona daratan, air tawar, dan laut harus dilindungi atau dipulihkan untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati terbesar dan melestarikan kemampuan ekosistem alami untuk berfungsi." tutur Pörtner.

Maka dari itu, perlu ada langkah yang merupakan kombinasi ambisius yang harus dilakukan para penguasa.

Para peneliti mengusulkan langkah-langkah kombinasi ini berupa pengurangaran emisi, restorasi dan perlindungan, pengelolaan penggunaan lahan yang bijak, dan mempromosikan kompetensi lintas institusi bagi aktor politiknya.

Danau Sentarum, Kalimantan Barat, kaya akan keanekaragaman hayati. Danau seluas 120 ribu hektare ini (Zika Zakiya)

"Hal ini pada gilirannya akan membantu kita memerangi perubahan iklim. Misalnya, restorasi ekstensif hanya 15 persen dari zona yang telah dikonversi untuk penggunaan lahan bisa cukup untuk mencegah 60 persen dari peristiwa kepunahan yang diharapkan," lanjut Pörtner.

"Ini juga akan memungkinkan hingga 300 gigaton karbon dioksida dari atmosfer dihilangkan dan diperbaiki dalam jangka panjang; itu berarti 12 persen dari semua emisi karbon sejak awal era industri.”