Inilah Cara Sapu Jagat Lindungi Keanekaragaman Hayati dan Krisis Iklim

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 28 April 2023 | 07:00 WIB
Hutan menyimpan keanekaragaman hayati. Inilah cara penggabungan pelestarian keanekaragaman hayati dan mencegah krisis iklim yang bisa diterapkan penguasa. (Zulkifli/National Geographic Indonesia)

Pörtner dan tim menyerukan pendekatan modern untuk pengelolaan penggunahan lahan.

Yakni, kawasan lindung tidak lagi dipandang sebagai tempat perlindungan keanekaragaman hayati yang terisolasi. Sebab, perlu ada kesinambungan antarbiomassa yang diperlukan bagi organisme tertentu untuk beradaptasi.

Kawasan perlindungan harus menjadi bagian dari jaringan yang mencakup lingkungan darat dan laut, yang menghubungkan daerah yang relatif belum tersentuh.

Tujuannya supaya bisa menjadi koridor migrasi untuk berbagai spesies.

Baca Juga: Inovasi Memprediksi Efek Perubahan Iklim pada Hewan Berdarah Dingin

Baca Juga: Pola Cuaca Buruk di Indonesia Hari Ini Serupa Zaman Es Terakhir

Baca Juga: Belajar dari India: Adaptasi Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Baca Juga: Melestarikan Satwa Liar Dapat Membantu Mengurangi Perubahan Iklim

Aksi iklim harus inklusif dengan melibatkan masyarakat adat dan komunitas lokal. Mereka punya pandangan, panggilan, dan inisiatif sendiri yang bertujuan melindungi dan memulihkan alam.

Masyarakat petani dan perikanan juga punya kesadaran atas lingkungan yang mereka kelola, dan disentuh agar berfokus pada keberlanjutan. Maka, para pemangku kebijakan harus mendukung semuanya.

Pörtner dan tim yakin, konsep modern ini bisa menghemat sumber daya dan pasokan pangan yang bisa diandalkan bagi umat manusia.

Konsep kombinasi ini mengarah pada peningkatan penyerapan dan perbaikan karbon bagi biomassa, khususnya di daratan.

Menciptakan kesimbangan karbon juga harus diterapkan secara prioritas dan mutlak di kota. Misalnya, dengan menggunakan lebih banyak spesies pohon yang bisa menyerap karbon.

Akan tetapi, di samping itu juga pohon yang dipilih juga punya buah dan bunga, supaya bisa menghadirkan ekosistem seperti serangga bekerja di lingkungan padat penduduk.

Dari sini, keberlanjutan pangan sekaligus mengurangi pangan di kota pun bisa tercipta.

Lagi pula, jika keanekaragaman hayati telah punah dan yang tersisa hanya manusia, apakah kita mau tinggal di Bumi yang seperti itu?