Nationalgeographic.co.id - Menghadapi perubahan iklim yang memiliki efek mendalam pada keanekaragaman hayati global akan mengubah distribusi dan kelimpahan banyak hewan.
Tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan dari Penn State telah mengembangkan model statistik yang meningkatkan perkiraan kesesuaian habitat dan kemungkinan kepunahan untuk hewan berdarah dingin saat suhu naik.
Hewan berdarah dingin—kelompok beragam termasuk ikan, reptil, amfibi, dan serangga—terdiri dari sebagian besar spesies di Bumi.
Suhu tubuh hewan berdarah dingin sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Karena pertumbuhan, keberhasilan reproduksi, dan kelangsungan hidup mereka terkait erat dengan suhu lingkungan, perubahan iklim merupakan ancaman yang signifikan bagi mereka.
Memahami efek masa depan dari perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati adalah prioritas global, menurut pemimpin tim penelitian Tyler Wagner, seorang ilmuwan dari Survei Geologi AS dan asisten profesor ekologi perikanan Penn State.
Akan tetapi memprediksi suatu spesies akan ada dan dalam kelimpahan apa di bawah suhu masa depan sangat menantang, katanya, karena bagi banyak spesies ini berarti memperkirakan respons terhadap suhu yang belum dialami hewan, dan belum diamati oleh para ilmuwan.
Untuk memperkirakan dengan lebih tepat efek perubahan iklim pada hewan berdarah dingin, dalam sebuah studi baru, para peneliti mengembangkan metode statistik.
Ini bertujuan untuk memadukan data yang dikumpulkan di lapangan yang menggambarkan distribusi dan kelimpahan banyak hewan berdarah dingin dengan informasi yang berasal dari laboratorium tentang kinerja dan toleransi suhu spesifik spesies.
Dalam temuan yang diterbitkan 3 April di jurnal Prosiding National Academy of Sciences, Wagner dan rekannya melaporkan pengembangan pendekatan pemodelan statistik yang inovatif.
Model yang baru mereka kembangkan, yang mereka sebut "Physiologically Guided Abundance Model," atau Model PGA, dapat diterapkan di hampir semua hewan berdarah dingin, dan diyakini memiliki potensi besar untuk membantu menginformasikan pembentukan strategi adaptasi dan pengelolaan iklim.
“Tantangannya adalah bagaimana menggabungkan kedua sumber informasi ini dan menggunakan informasi yang diturunkan dari laboratorium untuk membantu menginformasikan prediksi skala bentang alam di bawah iklim masa depan yang tidak dialami oleh hewan dalam jangkauan mereka saat ini,” kata Wagner, yang merupakan asisten pemimpin unit dari Unit Penelitian Ikan dan Satwa Liar Koperasi Pennsylvania di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR