Dalam bahtera rumah tangganya, Ranto Gudel telah empat kali menikah. Dari keempat pernikaha itu, ia dikaruniai anak-anak yang cukup sukses. Kedua anaknya yang sohor di dunia entertain adalah Mamiek Prakosa dan Didik Prasetyo (Didi Kempot).
Baca Juga: Srimulat: Karakter Pertunjukan yang Membekas di Ingatan Kita.
Baca Juga: Kesenian Ketoprak: Dari Surakarta ke Yogyakarta untuk Semua Warga
Baca Juga: Senandung Sendu Seniman Ketoprak Ketika Terseret Pusaran Geger 1965
Keberhasilan Ranto Edy Gudel sebagai pelawak telah dapat dinikmatinya. Dengan hasil jerih payahnya, ia berhasil membangun rumah impian yang mewah di zamannya bernilai 90 juta rupiah di kampung Krembyongan Solo.
Begaimanapun, Ranto tidak menyombongkan diri. Salah satu kata-kata yang diingat publik, sebagai orang yang berbudaya, ia pernah mengatakan:
"Kita ini berasal dart rumput, suatu ketika mungkin ada burung mencucuknya, lalu dibawa ke atas pohon, namun kita mesti ingat asal kita".
Sejak bersekolah di Sekolah Rakjat (selevel Sekolah Dasar), Ranto telah mengidentifikasi tentang dirinya. Baginya, melucu adalah bakat yang muncul sejak ia kecil. Dari sini, ia giat melucu dari rekan sekelasnya hingga ke dunia luar selepas berhenti bersekolah.
Maka, tidak mengherankan "sejak usia remaja ia telah mendapat tempat di hati para penggemarnya lewat aksi panggungnya," tambah Muchtaruddin. Mulai dari Gelanggang Remaja inilah, Ranto melebarkan sayapnya di dunia hiburan.
Dalam meyalurkan misinya, Ranto Edy Gudel lebih banyak tampil sebagai pelawak tunggal—barangkali saat ini lebih dikenal dengan istilah stand up comedy. Karena menurutnya melawak sendiri lebih leluasa.
Dalam penampilan Ranto Edy Gudel terkesan cerdas. Kekuatan dialognya adalah pada sahutan, ia tidak pernah buntu, Kefasehan mengoceh tak henti-hentinya membuat banyak penonton tergelak.
Meski menikmati berkarir sebagai solo komedi, tidak menutup dirinya untuk berbagi peran dalam panggung lawak. Pada tahun 1970-an, Ranto Edy Gudel bergabung dengan wayang orang Cahyo Purnomo di Malang.