“Studi ini memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita tentang sejarah bentang alam gajah di Asia dan meletakkan dasar untuk pemahaman yang lebih baik dan memodelkan potensi bentang alam gajah di masa depan juga,” kata Philip Nyhus, Profesor Studi Lingkungan di Colby College dan salah satu rekan penulis studi.
Selain Nyhus, tiga mahasiswa sarjana Colby juga berkontribusi dalam penelitian ini. "Ini adalah upaya kolaboratif dan multi-lembaga," tambah Nyhus, "dan saya bangga bahwa siswa Colby berkontribusi secara signifikan terhadap model dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini."
Di luar dampak langsung terhadap gajah Asia, penelitian ini menawarkan hasilnya sebagai mekanisme untuk menilai praktik penggunaan lahan dan strategi konservasi yang sangat dibutuhkan oleh semua penghuni kawasan tersebut.
“Kami menggunakan gajah sebagai indikator untuk melihat dampak perubahan tata guna lahan pada ekosistem yang beragam ini dalam skala waktu yang lebih lama,” kata de Silva.
Dampak manusia yang mengarah pada pengurangan kisaran habitat beberapa spesies mamalia darat telah didokumentasikan dengan baik di masa lalu.
Baca Juga: Melarang Penggunaan Plastik Sekali Pakai demi Menyelamatkan Gajah
Baca Juga: Misteri Gajah yang Digunakan Hannibal Barca untuk Melawan Romawi
Baca Juga: Menyelisik Sejarah Sirkus, dari Zaman Romawi Kuno hingga Modern
Baca Juga: Dunia Hewan: Gajah Tidak Pernah Kawin dengan Saudara Kandungnya
Perubahan iklim juga diperkirakan telah mempercepat penurunan ini selama satu abad terakhir. Tetapi menilai dampak dari perubahan semacam itu pada satwa liar dalam jangka panjang sulit dipelajari karena kurangnya catatan sejarah.
"Kami menggunakan lokasi saat ini di mana kami tahu ada gajah, bersama dengan fitur lingkungan yang sesuai berdasarkan kumpulan data LUH (Land-Use Harmonization), untuk menyimpulkan di mana habitat serupa pernah ada di masa lalu," kata de Silva. “Untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan, kita harus memahami sejarah bagaimana kita sampai di sini. Studi ini adalah salah satu langkah menuju pemahaman itu.”
Kumpulan data memberikan rekonstruksi historis dari berbagai jenis penggunaan lahan - termasuk hutan, tanaman, padang rumput, dan jenis lainnya - yang berasal dari abad kesembilan.
Tim peneliti mencatat bahwa rentang sejarah gajah kemungkinan telah meluas jauh melampaui kawasan lindung, yang ukurannya tidak cukup untuk mendukung populasi gajah di Asia.
Mereka termasuk tanah di bawah sistem manajemen tradisional yang diubah dalam tiga abad terakhir. Hilangnya praktik tradisional ini, menurut penulis, mungkin menjadi alasan utama di balik hilangnya habitat.