Hwarang, 'Kesatria Berbunga' yang Mematikan Sebelum Kekaisaran Korea

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 9 Mei 2023 | 17:53 WIB
Di Korea, pamor Hwarang sempat meredup. Namun, kebangkitan nasionalisme Korea, serta penemuan manuskrip berjudul The Chronicles of the Hwarang pada tahun 1980-an, memicu minat baru pada hwarang. Gambar: Poster serial drama Korea bertajuk 'Hwarang: The Poet Warrior Youth'. (viki.com)

Sumber-sumber menyatakan bahwa hwarang sering bertemu di tempat-tempat yang memiliki keindahan alam yang luar biasa. Mereka akan bernyanyi dan menari, terutama di daerah gunung dan sungai yang sakral.

Kegiatan penting lainnya dari hwarang adalah belajar agama. “Ini adalah kombinasi dari agama Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme, serta (mungkin) beberapa elemen perdukunan yang telah dipraktekkan di semenanjung Korea jauh sebelum kedatangan tiga agama lainnya,” terang Mingren.

Selain itu, para hwarang juga diwajibkan untuk berlatih seni perang. Mereka harus selalu siap ketika suatu waktu dibutuhkan sebagai prajurit.

Jenderal Silla yang termasyur, Kim Yushin, juga merupakan seorang hwarang. Operasi militernya berhasil membantu Silla dalam menyatukan Korea dan berhasil mengalahkan sebuah kerajaan saingan Silla yang kala itu dipimpin oleh Baekje.

Damyeom-ripbon-wang-heedo (唐閻立本王會圖). Abad ke-6, Tiongkok. Para utusan yang mengunjungi Kaisar Tang. Dari kiri ke kanan: Duta besar Wa (Jepang), Silla (tengah) (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Pedoman Hwarang

“Hwarang juga mempelajari tulisan-tulisan yang berisi aturan perilaku etis” jelas Mingren. Tulisan-tulisan ini adalah Lima Hubungan, Enam Seni, Tiga Pekerjaan Ilmiah, dan Enam Cara Pelayanan Pemerintah.

Dari semua tulisan tersebut, Lima Hubungan dapat dikatakan sebagai komponen utama dari kode etik hwarang.

Baca Juga: Profesi Menjanjikan Wanita Kekaisaran Korea Masa Dinasti Joseon

Baca Juga: Naeuiwon, Cermin Sejarah Pengobatan Kekaisaran Korea Dinasti Joseon

Baca Juga: Layanan Kesehatan di Korea dari Kekaisaran Goryeo hingga Joseon

Baca Juga: 500 Tahun Berkuasa, Ini Peran Dinasti Joseon dalam Sejarah Korea

Kode etik ini dibuat oleh seorang biksu bernama Wongwang. Di dalamnya terkandung unsur-unsur Buddhisme dan Konfusianisme. Mingren menjabarkan, Lima Hubungan adalah sebagai berikut:

  1. Melayani raja dengan penuh kesetiaan.
  2. Melayani orang tua dengan kesetiaan.
  3. Untuk selalu menunjukkan kesetiaan kepada teman-teman.
  4. Tidak pernah mundur dalam pertempuran.
  5. Tidak pernah membunuh yang tidak perlu.

Seiring berjalannya waktu, hwarang semakin kehilangan pamornya dan menghilang hampir sepenuhnya dari sejarah. 

Namun demikian, kebangkitan nasionalisme Korea, serta penemuan manuskrip berjudul The Chronicles of the Hwarang pada tahun 1980-an, memicu minat baru pada hwarang.

Popularitas hwarang terlihat dalam masyarakat Korea saat ini. Pola Taekwondo yang disebut Hwa-rang, misalnya, dinamai untuk menghormati hwarang.