Pada tahun 1913, Sneevliet telah mempengaruhi pergerakan VSTP Semarang yang memiliki sifat eksklusif. Berkat Sneevliet, VCTP yang mulanya hanya beranggotakan buruh Eropa, kini menjadi serikat buruh pribumi terbesar.
“Rapat umum VSTP pada Februari 1914 menyetujui untuk mencadangkan tiga dari tujuh posisi eksekutif pusat untuk pribumi,” jelas Angghi.
Hal ini menandai akhir dari tahap pertama perkembangan VSTP dan awal dari transformasinya menjadi sebuah serikat yang dikontrol oleh bumiputera.
Tokoh berpengaruh terhadap serikat buruh Semarang lain ialah Semaoen. Kehadiran Semaoen di Semarang pada tahun 1916 telah membuat pergerakan serikat buruh menjadi lebih menyala.
“Kepindahannya adalah jalan politik yang membuatnya semakin dikenal sebagai penggerak kaum revolusioner,” sebut Angghi.
Angghi juga menyebutkan, bahwa Semaoen merupakan tokoh dibalik berdirinya Sarekat Merah Semarang. “Sarekat Islam kala itu bercampur dengan ajaran Marxis dalam menentang kapitalisme di Hindia Belanda.”
Perlu diketahui, bahwa perkembangan serikat buruh di Semarang tidak lepas dengan tumbuh kembang Komunisme di kota ini.
Partai Komunisme Indonesia turut mendukung pemberontakan yang dilakukan serikat buruh. Pada tahun 1925, Angghi mengatakan, PKI membantu pemogokan oleh serikat buruh Semarang.
“Semenjak pemogokan menjamur, pemerintah kolonial di Semarang bersikap anti Komunisme,” kata Angghi.
Pemerintah menganggap para penganut Komunisme seperti Semaoen telah menghasut para serikat buruh untuk memberontak dan melakukan beragam aksi pemogokan.
Kiprah Serikat Buruh Semarang terhadap kesejahteraan buruh
Angghi menjelaskan, serikat buruh berpengaruh terhadap kesejahteraan kaum buruh, meskipun selalu dibayang-bayangi resiko yang besar berupa pemecatan.