Bertubuh dan Berkontribusi Besar, Bisakah Gajah Menyelamatkan Bumi?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 2 Mei 2023 | 13:00 WIB
Dalam pemandangan dari bawah perairan Delta Okavango di Botswana, seekor gajah afrika membunyikan terompetnya (belalainya) saat bermain. Gambar ini muncul di majalah National Geographic edisi Desember 2004. Hampir separuh gajah sabana yang tersisa di benua Afrika hidup di Botswana, sebagian besar di (DAVID DOUBILET, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Pohon dengan kepadatan karbon rendah tumbuh dengan cepat, menjulang di atas tanaman dan pohon lain untuk mendapatkan sinar matahari. Adapun pohon dengan kepadatan karbon tinggi tumbuh lambat, membutuhkan lebih sedikit sinar matahari dan mampu tumbuh di tempat teduh.

Gajah dan hewan herbivora besar lainnya mempengaruhi kelimpahan pohon-pohon ini dengan memakan lebih banyak pohon dengan kepadatan karbon rendah, yang lebih enak dan bergizi daripada pohon dengan kepadatan karbon tinggi.

Aktivitas memakan ini berarti "menipiskan" hutan, seperti yang dilakukan seorang rimbawan untuk mendorong pertumbuhan spesies pilihan mereka. Penipisan ini mengurangi persaingan antarpohon dan memberikan lebih banyak cahaya, ruang, dan nutrisi tanah untuk membantu pohon berkarbon tinggi untuk tumbuh subur.

"Gajah memakan banyak daun dari banyak pohon, dan mereka membuat banyak kerusakan saat memakannya," kata Blake.

"Mereka akan melucuti daun dari pohon, merobek seluruh cabang atau mencabut pohon muda saat makan, dan data kami menunjukkan sebagian besar kerusakan ini terjadi pada pohon dengan kepadatan karbon rendah. Jika ada banyak pohon dengan kepadatan karbon tinggi di sekitar, itu berarti satu pesaing berkurang, dieliminasi oleh gajah."

Gajah juga merupakan penyebar benih yang ulung. Mereka menyebarkan biji pohon dengan kepadatan karbon tinggi dengan sangat baik.

Pohon-pohon ini sering menghasilkan buah-buahan bergizi besar yang dimakan gajah. Biji-biji dalam buah itu melewati usus gajah tanpa rusak. Jadi ketika dilepaskan melalui kotoran, biji-biji itu siap untuk berkecambah dan tumbuh menjadi beberapa pohon terbesar di hutan.

“Gajah adalah tukang kebun di hutan,” kata Blake. “Mereka menanam hutan dengan pohon berkepadatan karbon tinggi dan mereka menyingkirkan 'gulma', yang merupakan pohon berkepadatan karbon rendah. Mereka melakukan banyak sekali pekerjaan untuk menjaga keanekaragaman hutan.”

"Gajah memberi beragam manfaat sosial," tegas Blake. "Anak-anak di seluruh dunia bermain dengan boneka gajah di kamar. Gajah hutan afrika juga mengembangkan keanekaragaman hutan hujan dalam banyak cara.”

Dengan pengetahuan ini, Berzaghi sekarang melihat adanya peluang penelitian di masa depan untuk menentukan bagaimana hewan-hewan lain di hutan hujan mempengaruhi keanekaragaman hayatinya. Dia atau peneliti lain mungkin akan menyelidiki apakah satwa-satwa itu juga memiliki dampak yang sama seperti gajah.

“Implikasi dari penelitian kami melampaui gajah hutan di Afrika,” ujar Berzaghi.

“Seperti yang kami tunjukkan bahwa daun dari pohon dengan kepadatan rendah karbon kurang cocok untuk herbivora, temuan tersebut menyiratkan bahwa herbivora besar lainnya, seperti primata atau gajah asia, juga dapat berkontribusi pada pertumbuhan pohon dengan kepadatan karbon tinggi di hutan tropis lainnya. Tujuan kami adalah memperluasnya dengan menyelidiki spesies dan wilayah lain tersebut."