Bertubuh dan Berkontribusi Besar, Bisakah Gajah Menyelamatkan Bumi?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 2 Mei 2023 | 13:00 WIB
Dalam pemandangan dari bawah perairan Delta Okavango di Botswana, seekor gajah afrika membunyikan terompetnya (belalainya) saat bermain. Gambar ini muncul di majalah National Geographic edisi Desember 2004. Hampir separuh gajah sabana yang tersisa di benua Afrika hidup di Botswana, sebagian besar di (DAVID DOUBILET, NAT GEO IMAGE COLLECTION)

Baca Juga: Pelestarian Gajah: Kita dan Kewargaan Ekologis Sang Gergasi Rimba

Baca Juga: Dunia Hewan: Ekosistem Gajah Asia Menurun Drastis Sejak Tahun 1700-an

Baca Juga: 100 Tahun Gajah: Lihat Bagaimana Nat Geo Memotret Makhluk Ikonik Ini

Baca Juga: Sejarah Berdarah Perdagangan Gading Gajah, dari Zaman Kuno hingga Kini 

Informasi dari penelitian baru ini diharapkan bisa meningkatkan kepedulian masyarakat dan para pembuat kebijakan untuk melindungi gajah. Sebab, selama ini populasi gajah telah tersingkir dari banyak kawasan hutan.

Bahkan di banyak kawasan, gajah secara fungsional telah punah. Artinya, populasinya sangat rendah sehingga tidak berdampak signifikan terhadap ekologi hutan.

“Pembunuhan ilegal gajah dan perdagangan ilegal tetap aktif,” kata Blake. “Sepuluh juta gajah pernah berkeliaran di Afrika, dan sekarang jumlahnya kurang dari 500.000, dengan sebagian besar populasi hidup di kantong-kantong yang terisolasi. Gajah-gajah ini berkisar dari terancam punah hingga sangat terancam punah, dengan jumlah mereka anjlok lebih dari 80 persen dalam lebih dari 30 tahun terakhir."

"Gajah dilindungi di bawah hukum nasional dan internasional, tetapi perburuan terus berlanjut," kata Blake menyayangkan. "Pembunuhan ilegal ini harus dihentikan untuk mencegah kepunahan gajah hutan. Sekarang kita punya pilihan," tawar Blake.

"Sebagai masyarakat global, kita dapat terus memburu hewan yang sangat sosial dan cerdas ini dan menyaksikan mereka punah, atau kita dapat menemukan cara untuk menghentikan aktivitas ilegal ini," tegas Blake. "Selamatkan gajah dan bantu selamatkan planet ini, sesederhana itu.”

Seruan Blake agar kita turut melindungi gajah ini sefrukensi dengan isi majalah National Geographic Indonesia edisi Mei 2023. Dalam majalah edisi terbaru ini, National Geographic mengulas upaya para ilmuwan dalam menyingkap rahasia para gajah sehingga manusia dan gajah bisa belajah hidup berdampingan secara damai.

Sampul majalah National Geographic Indonesia edisi Mei 2023, Singkap Rahasia Sang Gajah. Ilmuwan mendalami salah satu satwa tercerdas di Bumi agar kita dan mereka bisa belajar hidup bersama. (National Geographic Indonesia)

Dalam edisi ini, ada pula tulisan lokal khusus mengenai konflik antara manusia dan gajah di Sumatra. Konflik manusia-gajah sumatra ini telah menyebabkan penurunan jumlah populasi gajah di Pulau Percha itu hingga lebih dari 50% dalam 20 puluh tahun terakhir.

Jumlah dan luas kantong populasi gajah di Sumatra juga menyusut drastis sehingga kini hanya terisa 22 kantong populasi di seantero Andalas. Ulasan nasib gajah asia di India, Sri Lanka, hingga Suwarnadipa, Indonesia, tersaji dalam majalah National Geographic Indonesia edisi terbaru ini.