Nationalgeographic.co.id - Tim ilmuwan internasional mengumumkan, untuk pertama kalinya, berhasil mengisolasi DNA yang diperkirakan milik wanita purba dari artefak Paleolitik, yaitu liontin gigi rusa. Artefak tersebut ditemukan di Gua Denisova di Siberia Selatan.
Untuk menjaga integritas artefak, mereka mengembangkan metode baru yang tidak merusak untuk mengisolasi DNA dari tulang dan gigi purba.
Hasil analisis mereka tersebut telah dijelaskan di jurnal Nature belum lama ini. Publikasi tersebut diterbitkan dengan judul "Ancient human DNA recovered from a Palaeolithic pendant" yang merupakan jurnal akses terbuka.
Dijelaskan, dari DNA yang diambil, mereka mampu merekonstruksi profil genetik yang tepat dari wanita yang menggunakan atau memakai liontin, serta rusa dari mana gigi itu diambil.
Penanggalan genetik yang diperoleh untuk DNA dari wanita dan rusa menunjukkan, bahwa liontin itu dibuat antara 19.000 dan 25.000 tahun yang lalu.
Gigi tetap utuh sepenuhnya setelah analisis, memberikan jalan tentang era baru dalam penelitian DNA kuno, yang dimungkinkan untuk secara langsung mengidentifikasi pengguna ornamen dan alat yang diproduksi di masa lalu.
Artefak yang terbuat dari batu, tulang atau gigi memberikan wawasan penting tentang strategi penghidupan manusia purba, perilaku, dan budaya mereka.
Namun, hingga saat ini sulit untuk mengaitkan artefak ini dengan individu tertentu, karena penguburan dan barang kuburan sangat jarang terjadi di Paleolitik.
Hal ini membatasi kemungkinan menarik kesimpulan tentang, misalnya, pembagian kerja atau peran sosial individu selama periode ini.
Untuk secara langsung menghubungkan objek budaya dengan individu tertentu, dan dengan demikian mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang masyarakat Paleolitik, tim peneliti interdisipliner internasional telah mengembangkan metode baru.
Metode tersebut non-destruktif untuk isolasi DNA dari tulang dan gigi. Tim penelitian dipimpin oleh Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig.
Meskipun mereka umumnya lebih jarang daripada alat batu, para ilmuwan berfokus secara khusus pada artefak yang terbuat dari elemen kerangka, karena ini lebih berpori dan karena itu lebih cenderung mempertahankan DNA yang ada di sel kulit, keringat, dan cairan tubuh lainnya.