Sebagai puritan, keluarga Cromwell melarang hari libur dan pesta umum. Tentu saja, itu merupakan keputusan yang sangat tidak populer di kalangan masyarakat Inggris.
Baca Juga: Bintang Afrika, Berlian Kontroversial di Tongkat Kerajaan Charles III
Baca Juga: Enam Bangunan Bersejarah Inggris, ada Gereja Penobatan Charles III
Baca Juga: Benda-Benda Penting yang Digunakan dalam Penobatan Raja Charles III
Baca Juga: Analisis Batu Takdir yang Digunakan dalam Penobatan Charles III
Pemerintahan Raja Charles II menandai era baru kesembronoan, pesta, dan hedonisme. Tahun-tahun awalnya menjadi tontonan publik, memenangkan hati bangsawan dan rakyat jelata, serta mengadakan pesta-pesta mewah.
Pada tahun 1662, Charles II menikahi Catherine dari Braganza. Namun pernikahan itu tidak bergairah. Pasalnya, pasangan itu tidak berbicara bahasa yang sama dan raja memiliki banyak wanita simpanan.
Wanita-wanita itu termasuk para anggota aristokrasi Inggris dan Prancis. “Juga aktris panggung London, seperti Nell Gwyn dan Moll Davis,” imbuh Leake.
Pada akhir hidupnya, dia diketahui telah menjadi ayah dari beberapa anak tidak sah—meskipun dia sendiri tidak memiliki anak yang sah. Charles II adalah raja saat peristiwa Wabah Besar tahun 1665 dan Kebakaran Besar London tahun 1666 terjadi.
Pada tahun 1685, Charles II menderita penyakit stroke dan meninggal pada usia 54 tahun. Ia digantikan oleh saudaranya James. James kemudian memerintah di Inggris dan Irlandia sebagai James II dan di Skotlandia sebagai James VII dari tahun 1685-1688.
Benarkah nama Charles membawa kutukan bagi para raja di Inggris? Seperti yang kita tahu, Raja Charles III harus menunggu selama 59 tahun untuk menduduki takhta Kerajaan Inggris. Melihat sejarah, tidak heran jika para pakar kerajaan mempertanyakan pemilihan nama raja baru Kerajaan Inggris itu.