Terlalu Patriarkis: Pandora yang Terkenal Bukan Mitologi Yunani Asli

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 24 Mei 2023 | 15:00 WIB
Pandora dikisahkan sebagai perempuan pertama yang diciptakan untuk manusia, tetapi juga membawa sial. Cerita ini terlalu patriarkis, dan kemungkinan bukan mitologi asli Yunani kuno. (John William/Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Hampir seluruh dunia mengenal cerita tentang kotak pandora. Cerita itu berasal dari mitologi Yunani kuno tentang seorang perempuan bernama Pandora, membawa kotak yang diberikan padanya.

Kotak itu berisi petaka bagi manusia berupa penyakit, rasa sakit, kedengkian, dan berbagai kejahatan lainnya. Tidak hanya keburukan, di dasar kotak itu ada harapan. Semua isi kotak itu tersebar dan menjangkit manusia ketika Pandora membukanya.

Legenda Pandora adalah bagian dari mitologi Yunani kuno terkait sejarah awal manusia diciptakan. Cerita ini ditulis paling awal di dalam Theogony dan Bekerja dan Hari, dua syair karya Hesiodos sekitar abad kedelapan SM.

Pandora, dalam cerita tersebut, adalah wanita pertama yang diciptakan di antara manusia oleh para dewa. Dia diciptakan oleh Hephaestus dan Athena atas permintaan Zeus. Kehadirannya adalah sebagai bentuk hukuman Zeus karena Prometheus telah melanggar dengan mencuri api dari para dewa untuk manusia.

Hesiodos menuliskan bahwa Pandora dikirim ke umat manusia dengan membawa pithos, yang secara harfiah kapal khas Yunani kuno. Nama ini disalahartikan sebagai sebuah kotak yang berisi berbagai kejahatan yang dilepaskan ke dunia.

Pandora kemudian membukanya, seperti legenda yang biasa dikenal. Dia berusaha mengganti tutupnya dan menyisakan harapan di dalamnya.

Dari sinilah, Pandora menggantikan Zaman Keemasan yang menurut mitologi Yunani kuno sebuah masa di mana manusia dan dewa hidup harmonis. Ia juga mengawali Zaman Perak dalam babak mitologi ini. Dia juga hadir sebagai munculnya wanita yang membuat manusia berada pada siklus kelahiran, kematian, dan reinkarnasi.

Perempuan baik yang dibuat jadi jahat

Beberapa orang berpendapat bahwa Pandora bukan sekadar manusia, melainkan punya hubungna dengan dewa. Dia sering dijuluki "Anesidora" yang berarti "dia (perempuan) yang pembawa hadiah", atau variasi lainnya yang berarti "anugerah". 

Padahal, julukan Anesidora lebih umum dikaitkan dengan Gaia (dewi Bumi/ibu Bumi) dan Demeter (dew pertanian dan kesuburan). Hal ini menunjukkan bahwa Pandora dimiripkan oleh masyarakat Yunani kuno dengan Sang Dewi, ketimbang pembawa kejahatan.

Budayawan dan pengamat seni Yunani kuno memperkirakan bahwa dewi-dewi Yunani kuno, mengalami perpecahan karakter menjadi karakter kecil-kecil. Bisa jadi, Pandora termasuk dari pecahan ini, seperti Gaia, Demeter, Persefon, Artemis, dan Hekate.

Sebuah vas dari abad ke-5 SM, mengungkapkan cerita tentang asal-usul Pandora. Mengutip World History, tembikar ini mencerminkan bahwa Pandora dibebaskan ke dunia--bukan sebagai hukuman bagi umat manusia. Tembikar ini, menurut para ahli, menjadi media pemahaman tentang Pandora sebelum Hesiodos.

Veronica Parkes, peneliti alumni Medieval and Ancient Mediterranean di Wilfrid Laurier University, Kanada, berpendapat, Hesiodos mengubah citra Pandora. Pandora yang awalnya sebagai dewi pemberi segalanya menjadi versi yang "dianugerahi sesuatu" yang kita kenal sekarang.

"Sebuah komentar atas karya Hesiodos berpendapat bahwa Hesiodos tidak menunjukkan kesadaran akan mitologi sebelumnya seputar Pandora dalam perannya sebagai pembawa kehidupan," kata Parkes di Ancient Origins.

"Namun, otoritas lain tentang masalah ini berpendapat sebaliknya, bahwa Hesiod mengetahui mitos-mitos sebelumnya dan dengan sengaja menumbangkannya demi pandangan yang lebih patriarkal."

Dengan kata lain, Pandora yang kita kenal hari ini bukan asli mitologi Yunani kuno. Justru, legenda ini merupakan dongeng anti-feminisme yang dibuat oleh Hesiodos, terang Parkes. Dongeng ini dimanfaatkan oleh Hesiodos sebagai cerminan budaya ia tinggal untuk memperkuat bias patriarki tersebut.

"Juga telah dikemukakan bahwa Hesiod menyadari pergeseran kekuasaan pada masanya dari matriarki ke patriarki dan ini adalah caranya menjelaskan kejatuhan perempuan dari kekuasaan," lanjut Parkes.

"Dalam seni selanjutnya, Pandora dipandang sebagai anti-Athena, dari sisi berlawanan mereka memperkuat ideologi patriarki dan realitas sosio-politik yang sangat gender di Athena abad ke-5 SM. Athena naik di atas jenis kelaminnya untuk mempertahankannya, sedangkan Pandora mewujudkan kebutuhan akan kendali laki-laki."