Eiger sang Pengabdi 'Sustain', Menyebarkan Semangat Keberlanjutan

By Utomo Priyambodo, Kamis, 18 Mei 2023 | 12:00 WIB
Acara konferensi rilis laporan keberlanjutan Eiger di Sarinah, Jakarta, 17 Mei 2023. (Eiger Adventure)

Nationalgeographic.co.id—Pengabdi Sustain. Begitulah tulisan stan dalam salah satu foto yang dipresentasikan di acara Eiger Adventure pada Rabu, 17 Mei 2023.

Foto booth Eiger itu adalah dokumentasi beberapa waktu lalu, entah stan itu masih ada atau tidak. Namun, kata tersebut tampaknya masih tetap menggambarkan sikap perusahaan penyedia perlengkapan kegiatan luar ruangan itu hingga hari ini.

Rabu itu Eiger mengadakan acara konferensi pers rilis laporan keberlanjutan mereka di Sarinah, Jakarta. PT Eigerindo Multi Produk Industri (Eiger) sebenarnya bukan merupakan perusahan terbuka (public company) sehingga tidak memiliki kewajiban membuat laporan keberlanjutan (sustainability report), apalagi mengungkapkannya kepada publik.

Namun, mereka berinisiatif membuat laporan bertajuk EIGER ESG Report (dapat dibaca dan diunduh di laman Eiger) ini karena meyakini hal itu penting. Bukan sekadar penting untuk mereka, tetapi juga penting untuk Bumi dan untuk nanti.

Riadi Suwarno, General Manager Marketing Eiger, mengatakan bahwa pembuatan dan pengungkapan laporan keberlajutan ini "bukan untuk gaya-gayaan."

Riadi menyatakan bahwa Eiger sebenarnya telah membuat gerakan kepedulian lingkungan sejak tahun 2.000-an. "Hanya saja tidak terdokumentasi dengan baik."

Dia mencontohkan bahwa Eiger pernah membuat gerakan menanam sejuta pohon serta menanam mangrove hingga rehabilitasi terumbu karang.

Eiger juga telah lama menggalakkan program edukasi kepada para penggiat aktivitas luar ruangan, teruma pamakai produk Eiger, agar tidak membuang sampah sembarangan di gunung dan bentang alam mana pun.

Namum program-program tersebut tidak pernah terdokumentasikan dengan baik sehingga tidak bisa diukur dan tidak bisa pula dievaluasi untuk ditingkatkan atau diperbaiki.

Jadi, sejak 2021 Eiger mulai membuat mebuat program Eiger Green dan mendokumentasikannya dalam laporan keberlanjutan mereka agar bisa dipertanggungjawabkan.

Laporan sepanjang tahun 2021 telah diterbitkan April 2022, sedangkan untuk sepanjang tahun 2022 dipublikasikan pada Mei ini. Selain memaparkan capaian, laporan tersebut juga berisi evaluasi dan tindakan korektif.

Secara rinci, laporan keberlanjutan Eiger ini berisi berbagai aspek yang menjadi strategi dan komitmen perusahaan untuk memberikan dampak terbaik bagi Indonesia. Mulai dari aspek Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan aspek Governance (Tata Kelola Perusahaan).Riadi menuturkan, sepanjang tahun 2022 Eiger mengambil tema “Stitching Together for a Better Future”. Melalui tema ini, Eiger membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk menjadi bagian dalam pembentukan masa depan yang lebih baik.

Foto booth Eiger di Sarinah, Jakarta. Mereka memamerkan produk ramah lingkungan mereka, mulai dari motor listrik, tas dan pakaian dari bahan daur ulang, hingga sepatu dan pakaian yang terbuat dari material yang bisa terurai cepat di alam. (Eiger Adventure)

Tujuan Eiger mempublikasikan laporan keberlanjutan ini antara lain untuk menyebarkan semangat keberlanjutan. Selain itu, mereka berharap juga bisa menjaring kolaborasi dengan berbagai pihak dalam membuat berbagai program yang berkelanjutan.

“Untuk menjaga alam kita dan rumah kita bersama, Eiger tak bisa bergerak sendiri. Ada kemitraan yang kami bangun dengan seluruh stakeholder dari hulu hingga hilir, demi mengurangi dampak lingkungan dalam seluruh proses bisnis Eiger,” beber Riadi.

Sebagai contoh, Eiger telah bekerja sama dengan Lazada agar mengganti bungkus kemasan produk mereka yang dipesan dan dikirim via daring. Mereka mengganti kemasan dari plastik menjadi kardus yang lebih ramah lingkungan.

Mereka juga telah bekerja sama dengan Spedagi (UMKM lokal yang terkenal dengan produk sepeda bambunya yang dipakai Presiden Jokowi). Spedagi kini telah menyediakan bambu yang ramah langkungan sebagai pengganti besi untuk menjadi penopang tas gunung (carrier) Eiger.

Upaya strategis lain Eiger terhadap keberlanjutan terlah ditulis secara rinci dalam laporan keberlanjutan tahun 2022 yang terdiri 50 halaman itu. Tercatat, ada peningkatan aspek laporan dari hanya delapan capaian di tahun 2021, menjadi 14 capaian di tahun 2022.

“Selama tahun 2022 kami melakukan lebih banyak lagi evaluasi dan pengukuran berbagai aspek yang berdampak terhadap lingkungan," ujar Harimula Muharram, General Manager Product & Sustainability Project Leader Eiger.

"Mulai dari tata kelola dan budaya perusahaan berkelanjutan, menambah jumlah bahan baku dari material terbarukan, melakukan penilaian aspek lingkungan dan sosial pemasok, sampai mengelola berbagai limbah fashion dan produk defect Eiger dalam proyek Eiger Green Project,” paparnya Lula, sapaan Harimula.

Capaian lainnya adalah penggunaan bahan baku dari material terbarukan. Material yang dimaksud mulai dari polyester daur ulang dari botol plastik, serat kayu selulosa, katun organik, hingga penggunaan bambu sebagai material yang diambil langsung dari alam.

Eiger memamerkan produk mereka yang dibuat dari produk reject lain. Ketimbang dibuang, produk reject itu bisa diolah dan diaur ulang jadi produk lain yang bernilai tinggi. (Utomo Priyambodo)

Selain itu, Eiger juga mulai memanfaatkan produk reject mereka untuk diolah kembali menjadi produk lain. Produk hasil daur ulang itu kini juga telah dijual Eiger di berbagai tokonya.

“Tahun 2021 lalu, hanya 3,7% produk Eiger yang menggunakan material terbarukan. Pada 2022 angka ini menjadi 14% produk Eiger telah menggunakan material terbarukan. Kami optimis bisa mencapai target 20% sebelum tahun 2030,” sebut Lula.

Memang masih ada sebagian produk Eiger, yakni sebanyak 19%, yang dipasok dari luar negeri. Termasuk dari Tiongkok yang belakangan sempat jadi perbincangan publik. Hal itu juga telah menjadi perhatian Eiger.

Lula mengatakan sebagian besar produk Eiger dipasok dari dalam negeri. “Total ada 81% produk Eiger yang diproduksi oleh pemasok di dalam negeri selama tahun 2022,” jelasnya. Hal itu terkait dengan inovasi teknologi dari pemasok luar negeri yang belum dimiliki oleh pemasok lokal.

"Tapi komitmen kami adalah ketika kita mendapatkan inovasi tersebut, kita harus bisa melakukan alih teknologi dan wawasan pengetahuan ke dalam produksi di lokal," ucap Lula.

Amalia Yunita, Sustainability Advisor Eiger, mengamini bahwa "dengan kita memproduksi barang-barang di luar, otomatis itu jejak karbonnya untuk mengirim ke Indonesia juga tinggi."

"Itu yang mulai tahun ini kita perhitungkan berapa jejak karbonnya," ujar Yunita. "Sehingga otomatis jika kita mau mengurangi jejak karbon, kita juga mesti sebanyak-banyaknya produksi di lokal supaya tidak mondar-mandir dibawa naik kapal."

Lula menegaskan bahwa Eiger berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah produksinya dari pemasok lokal atau dalam negeri. Eiger juga berkomitmen dalam penguatan kapasitas para pemasok, terutama UMKM, untuk meningkatkan kualitas pemasok lokal. Ini semua demi semangat keberlanjutan bersama. Untuk bumi dan untuk nanti.