Alasan Tradisi Kekaisaran Jepang Melarang Wanita untuk Naik Takhta

By Sysilia Tanhati, Minggu, 21 Mei 2023 | 15:00 WIB
Sejak Restorasi Meiji tahun 1868 di Kekaisaran Jepang, sistem pemerintahan didominasi oleh laki-laki. Sejak itu, wanita tidak bisa menjadi seorang kaisar dan menduduki Takhta Krisan. (Ministry of Foreign Affairs of Japan)

Nationalgeographic.co.id—Menurut sejarah, Kaisar Suiko menjadi penguasa wanita pertama Kekaisaran Jepang 1.400 tahun. Ia mengisi Takhta Krisan pada tahun 592 Masehi dan memerintah selama 35 tahun.

Selama waktu itu, sang kaisar wanita menyebarkan agama Buddha dan melembagakan konstitusi pertama Jepang. Namun kini, tradisi Kekaisaran Jepang melarang wanita untuk naik takhta. Apa sebabnya?

Ketika Kaisar Akihito yang berusia 85 tahun turun takhta, ia menyerahkan gelarnya kepada pewaris laki-laki tertuanya. Penerusnya adalah Naruhito. Di belakang putra mahkota dalam garis suksesi adalah adik laki-lakinya, Pangeran Akishino. Dan setelahnya adalah putra pangeran yang berusia 12 tahun, Pangeran Hisahito.

Sayangnya, tidak ada yang mengisi posisi setelah Pangeran Hisahito. Apakah anggota keluarga Kekaisaran Jepang hanya terdiri dari mereka saja? Dari 18 anggota keluarga kerajaan Jepang, 13 di antaranya adalah wanita. Tidak ada jalan menuju takhta untuk para wanita di Kekaisaran Jepang.

Krisis ahli waris di Kekaisaran Jepang menjadi kekhawatiran banyak orang

Bahwa garis keturunan kerajaan Jepang sangat tipis menjadi kekhawatiran bagi banyak orang di Jepang. Karena itu, keamanan Pangeran Hisahito pun diutamakan. Ia pun dijaga dengan ketat. Pasalnya, keselamatan sang pangeran merupakan kunci penting bagi kelangsungan Kekaisaran Jepang.

Sekarang ada perdebatan tentang apakah sistem perlu diubah dan soal perubahan garis suksesi di Kekaisaran Jepang.

Bagi Shinzo Abe, mantan perdana menteri, suksesi adalah masalah yang sangat penting terkait dengan dasar negara. “Maka, pemerintah maupun kekaisaran harus mempertimbangkannya dengan hati-hati,” tulis Adam Taylor di laman Washington Post.

Ini adalah masalah zaman modern yang disebabkan oleh pertemuan faktor sejarah. Termasuk keluarga kekaisaran yang kian menyusut di Kekaisaran Jepang.

Mengapa wanita tidak bisa menduduki Takhta Krisan?

Setelah Suiko, Kekaisaran Jepang memiliki tujuh penguasa wanita lagi. Mulai dari Kaisar Kogyoku pada abad ke-7 hingga Kaisar Go-Sakuramachi pada akhir abad ke-18. Sebelum Suiko, ada Kaisar Jingu 300 tahun sebelumnya. Namun sejarawan tidak memiliki bukti kuat perihal pemerintahannya. Mereka pun menganggapnya sebagai mitos.

Keinginan untuk menjadi lebih kebarat-baratan mendorong Jepang untuk secara resmi memblokir ahli waris wanita pada akhir abad ke-19.