Sang ratu tertarik pada Buddhisme, yang cukup baru bagi kekaisaran Korea pada saat itu tetapi telah menjadi agama dinasti Silla. Maka ia mensponsori pembangunan Kuil Bunhwangsa di dekat Gyeongju pada tahun 634 dan mengawasi penyelesaian Yeongmyosa pada tahun 644.
Pagoda Hwangnyongsa setinggi 80 meter terdiri dari sembilan lantai, yang masing-masing mewakili salah satu musuh Silla. Jepang, Cina, Wuyue (Shanghai), Tangna, Eungnyu, Mohe (Manchuria), Danguk, Yeojeok, dan Yemaek semuanya digambarkan di pagoda, namun tak bertahan karena penyerbu Mongol membakarnya pada tahun 1238.
Situs sejarah terkenal Cheomseongdae peninggalan masa pemerintahan ratu Seondeok dikategorikan sebagai harta nasional Korea Selatan karena memiliki nilai budaya tinggi. Melansir Worldhistory, Cheomseongdae yang berarti menara pengamat bintang adalah observatorium tertua yang masih tersisa di Asia Timur. Cheomseongdae terletak di Gyeongju, ahli sejarah Mark Cartwright mengatakan, "Gyeongju menjadi pusat budaya, seni, dan pengembangan ilmu astronomi. Ilmu astronomi berdampak penting bagi kehidupan orang Korea ”
Selain lihai dalam urusan diplomasi, diangkat juga di permukaan pada tulisan buku sejarah kuno Samguk Yusa bahwa ratu Seondeok punya kemampuan meramal. Beberapa di antaranya dinamakan "Ramalan Ratu Seondeok". Tidak seperti Samguk Sagi yang memberikan muatan informasi sejarah secara faktual, Samguk Yusa yang ditulis pada akhir abad ke-13 kekaisaran Tiongkok berfokus pada legenda dan biografi tokoh kekaisaran Korea.
Menurut catatan sejarah yang masih ada menceritakan saat Kaisar Taizong dari dinasti Tang kekaisaran Tiongkok mengirim sampel biji opium dan lukisan bunga ke istana Silla dan saat itu puteri Deokman meramalkan bunga dalam gambar tidak akan berbau.Saat mekar, bunganya memang tidak berbau.
Sang putri menjelaskan bahwa tidak ada lebah atau kupu-kupu di dalam lukisan itu. Oleh karena itu, prediksinya bahwa bunganya tidak harum.
Kisah tentang kemampuan prediksi Ratu Seondeok telah diturunkan dari mulut ke mulut. Dalam satu cerita, paduan suara katak putih muncul di tengah musim dingin dan bersuara tanpa henti di Kolam Gerbang Giok di Kuil Yeongmyosa.
Ketika Ratu Seondeok mendengar tentang kemunculan mereka yang terlalu cepat dari hibernasi, dia segera mengirim dua ribu tentara ke "Lembah Akar Wanita", atau Yeogeunguk, sebelah barat ibu kota di Gyeongju, tempat pasukan Silla menemukan dan memusnahkan 500 penyerang dari negara tetangga Baekje
Anggota istananya bertanya kepada Ratu Seondeok bagaimana dia tahu bahwa tentara Baekje akan berada di sana dan dia menjawab bahwa katak melambangkan tentara, putih berarti mereka datang dari barat, dan penampilan mereka di Gerbang Giok adalah sebuah eufemisme untuk wanita, memberitahunya bahwa tentara akan berada di Lembah Akar Wanita
Menjelang akhir masa pemerintahannya, Ratu Seondeok menghadapi tantangan dari seorang bangsawan Silla bernama Bidam. Sumbernya tidak jelas, tetapi dia kemungkinan besar mengumpulkan pendukung dengan propaganda "Penguasa wanita tidak dapat memerintah negara."
Menurut cerita, bintang jatuh yang terang meyakinkan para pengikut Bidam bahwa ratu juga akan segera jatuh. Sebagai tanggapan, Ratu Seondeok menerbangkan layang-layang yang menyala untuk menunjukkan bahwa bintangnya telah kembali ke langit.