Sejak 1995, sebenarnya penyuluhan untuk menghentikan pengerusakan ekosistem dilakukan oleh berbagai kalangan, terutama mahasiswa dari Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Organisasi non-pemerintahan semperti TNC (The Nature Conservancy) juga pernah datang pada tahun 2004. Tetapi banyak yang menolak, karena penyuluhan itu dinilai menghentikan sumber pencarian masyarakat.
Rupanya, konservasi tidak hanya sekadar menjaga alam, tetapi bagaimana mempertahankan kebutuhan masyarakat. Kelompok nelayan di Kofiau kemudian belajar bagaimana mengelola hasil laut sebagai produk yang punya nilai jual lebih, seperti abon, sambal ikan, dan penjualan ikan asin.
Melihat ada upaya seimbang antara alam dan kebutuhan manusia, Nixon justru penasaran tentang dunia konservasi dan perlindungan ekosistem. Dia mulai aktif dalam kegiatan pendataan biota dan berpergian keliling Raja Ampat.
Nixon pun memahami tentang sasi, sebagai masa di mana biota laut tidak boleh diambil, tetapi akan dibuka kembali. Ketika dibuka kembali, biota laut akan melimpah, dan membawa jumlah yang besar penghasilan masyarakat ketika dijual.
Masyarakat di Kofiau pun mulai menerapkan sasi setelah memahami pentingnya perlindungan laut dengan konsep ini. Kawasan sasi Kofiau melingkupi seluruh perairannya hingga Kepulauan Boo yang berbatasan dengan perairan Maluku Utara, dalam "Peta Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya" dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Kemudian, setelah kami lakukan memberikan pemahaman yang masih bergabung dalam pengerusakan menggunakan potasium dan bom, lalu mulai mereka meninggalkan pekerjaan itu untuk kembali dan—syukur sampai saat ini masyarakat tidak melakukan pengerusakan lagi, termasuk saya sendiri—mereka mulai memancing biasa," kenangnya.
"Konservasi tidak melarang (masyarakat memanfaatkan alam laut), tetapi mengajak masyarakat bagaimana melindungi dan menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan, menggunakan alat yang ramah lingkungan," tegasnya.
Pendidikan Lingkungan Hidup