Sejarah Pangeran Etiopia yang Makamnya ada di Kapel Kerajaan Inggris

By Sysilia Tanhati, Minggu, 28 Mei 2023 | 15:00 WIB
Kisah Pangeran Alemayehu merupakan sejarah kelam kolonialisme Kerajaan Inggris. Ia dibawa ke Inggris saat berusia 7 tahun. Tumbuh dan menempuh pendidikan di sana sampai akhirnya ia meninggal di usia muda. (Julia Margaret Cameron)

Meninggal di negeri asing

Alemayehu meninggal pada usia 18 tahun karena radang selaput dada. Atas permintaan Victoria, dia dimakamkan di Kapel St. George di Windsor. Nisannya bertuliskan, “Saya adalah orang asing dan kamu menerima saya.”

Pangeran Alemayehu ditempatkan di bawah asuhan perwira tentara Inggris Tristam Charles Sawyer Speedy. Ia mendapatkan pendidikan yang baik di Inggris. (Brotherton Library, University of Leeds)

Tapi narasi kebaikan kolonial seperti itu telah ditentang dalam beberapa tahun terakhir. Khususnya dalam konteks sejarah perang berdarah dan kolonialisme.

Ekspedisi 13.000 tentara Inggris pada awalnya dimaksudkan untuk menyelamatkan sandera Eropa yang ditahan oleh Tewodros II. Namun di saat yang sama, ekspedisi itu juga menyebabkan penjarahan massal setelah mereka menang. Sebagian besar jarahan berakhir di museum London, termasuk British Museum.

Seruan untuk pemulangan Pangeran Alemayehu

Orang Etiopia menggambarkan Alemayehu sebagai seorang pangeran yang diculik dari negara asalnya saat masih kecil.

Pemerintah Etiopia membuat permintaan resmi untuk pengembalian jenazah Alemayehu, seperti halnya keturunannya.

Bagi keluarga dan rakyat Etiopia, Inggris bukanlah tanah kelahirannya karena itu, dia tidak bisa dimakamkan di sana. Fakta bahwa dia dimakamkan di sana tidak ada artinya bagi orang Etiopia.

Penulis Etiopia Amerika Maaza Mengiste menggambarkan kesulitan Alemayehu sebagai penculikan yang ditimbulkan dari kesombongan imperialis.

Dia menambahkan bahwa tidak ada alasan bagi Kerajaan Inggris untuk terus menyandera jenazahnya. Alemayehu bagai benda-benda suci dan berharga yang masih ada di museum dan perpustakaan Inggris.

Istana Buckingham secara resmi menolak permintaan pengembalian jenazah dari keluarga sang pangeran. Mereka mengatakan bahwa pembongkaran makam bisa memengaruhi jenazah lain di situs permakaman.