Sejarah Era Victoria: Ketika Tuberkulosis Menjadi Standar Kecantikan

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 28 Mei 2023 | 16:13 WIB
Penyakit tuberkulosis (TBC) menjadi standar kecantikan dalam sejarah era Victoria. (Deadmaidens)

Penyakit ini hanya meningkatkan fitur yang dianggap cantik pada wanita. Karena riasan biasanya diasosiasikan dengan pelacur dan aktris, kebanyakan wanita kelas atas sebenarnya berharap tertular penyakit ini/

Kostum Crimson Peak, dan Bagaimana Tuberkulosis Membentuk Mode Sejarah Era Victoria

Tuberkulosis berperan sebagai mode abad ke-19 dalam sejarah era Victoria. (Wikicommons)

Tuberkulosis berperan dalam sifat mode abad ke-19. Selama paruh pertama tahun 1800-an. Hal ini disebabkan oleh "udara buruk" di lingkungan.

Kekaguman akan penampilan pucat dan kurus mencapai puncaknya, tren fesyen cenderung meniru dan menyoroti gejala penyakit tersebut. Korset runcing dikenakan oleh wanita untuk menekankan pinggang kecil dan dipasangkan dengan rok besar dan tebal untuk lebih memamerkan tampilan waifish.

Ketika tuberkulosis mulai dikenal sebagai penyakit bakteri selama paruh kedua abad ke-19, penyakit ini masih berlanjut. Kampanye kesehatan masyarakat berskala besar dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran, dan dokter menyatakan bahwa rok besar dapat menyapu kuman dari jalan dan membawanya ke rumah.

Korset juga dikritik karena membatasi sirkulasi darah dan pergerakan paru-paru, yang dengan cepat dianggap memperburuk tuberkulosis. Bahkan busana pria pun diserang.

Jenggot yang lebat, cambang, dan kumis yang menjadi mode di awal abad ini, dianggap terlalu berbahaya. Tampilan bercukur bersih awalnya diadopsi terutama oleh dokter dan ahli bedah, tetapi masyarakat laki-laki lainnya segera mengikuti.

Tuberkulosis dan Sastra Sejarah Era Victoria

Prevalensi tuberkulosis dalam masyarakat Eropa abad ke-19 menyebabkan penggambarannya dalam berbagai karya sastra terkenal pada masa itu. Karya-karya ini tentu saja membantu membentuk citra romantis yang dipegang orang Victoria tentang penyakit itu.

Ikon fiksi tragis yang jatuh ke penyakit itu umum dalam literatur abad ke-19, termasuk Katerina Ivanova dalam Crime and Punishment karya Dostoevsky.

Prevalensi penyakit berarti banyak individu dengan bakat luar biasa juga menjadi korbannya. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa ada hubungan antara tuberkulosis dan kejeniusan kreatif.