Apakah Seniman Renaisans Menggunakan Mayat untuk Mempelajari Anatomi?

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 30 Mei 2023 | 16:00 WIB
Pelajaran Anatomi Dr Willem van der Meer oleh Michiel van Mierevelt (Public Domain/Wikimedia Commons)

Hal ini banyak membantu mengembalikan pembedahan ke dalam ilmu pengetahuan, terlepas dari peringatan Gereja.

Akhirnya, antara tahun 1280 dan 1350, negara-negara Eropa lainnya mulai menyadari pentingnya membedah mayat untuk mempelajari anatomi. Bahkan, beberapa orang berpendapat bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mempelajari anatomi dengan benar.

Sebuah Kebangkitan: Penggunaan Kadaver Selama Masa Renaisans

Dua Pria Berkulit dan Tengkorak Mereka oleh Domenico del Barbiere, sekitar tahun 1540-1545. (The Metropolitan Museum of Art)

Renaisans adalah periode yang ditengarai serta didefinisikan oleh kelahiran kembali ide dan pencapaian dari zaman klasik.

Gaya seni Yunani Kuno dan Romawi Kuno disukai oleh para seniman Renaisans. Para arsitek terinspirasi oleh teknik dan gaya bangunan klasik. Tak luput, pengetahuan ilmiah kala itu juga didukung oleh tulisan-tulisan kuno.

Dengan lahirnya kembali studi ilmiah, anatomi mendapatkan lebih banyak penghormatan sebagai kegiatan ilmiah dan diajarkan di universitas-universitas di seluruh Eropa. 

Dengan ini, muncullah dorongan yang lebih besar untuk mempraktikan pembedahan manusia sebagai metode untuk memahami tubuh manusia.

“Karena itu, dukungan untuk manfaat ilmiah dari pembedahan tumbuh sangat besar meskipun masih dibatasi oleh Gereja,” jelas Molly.

“Pembedahan publik secara legal pertama yang dilakukan sejak zaman Yunani dan Romawi Kuno dilakukan oleh Mondino de Liuzzi di Bologna pada abad ke-14. Tidak lama kemudian, Akademi Seni Florentine mewajibkan kursus anatomi bagi para senimannya,” imbuhnya.

Mengapa Artis Renaisans Menggunakan Mayat?

Studi untuk Sibyl Libya oleh Michelangelo Buonarroti, sekitar tahun 1510-11. (The Metropolitan Museum of Art)