Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah kekaisaran Jepang, periode Heian jadi saksi perkembangan hebat kesusastraan Jepang. Periode Heian berlangsung pada tahun 794 hingga 1185. Heiankyo, ibu kota yang baru, memiliki arti "ibu kota damai dan tenteram". Sejarah mencatat, pencapaian budaya tertinggi dalam bidang kesusastraan terjadi pada periode Heian.
Dalam sejarah kekaisaran Jepang genre sastra baru terbuka lebar bagi para wanita terpelajar yang bisa menulis. Alih-alih mengomentari kehidupan dalam istana, penulis pria lebih memilih menulis sejarah dan melakukannya secara anonim bahkan berpura-pura menggunakan nama wanita. Sebenarnya pada periode Heian, pemerintah melarang wanita belajar menulis, namun berbeda dengan Murasaki Shikibu yang dibesarkan sebagai wanita terpelajar.
Sejarah mencatat, novel pertama dalam karya sastra dunia ini ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu. Murasaki Shikibu bukanlah nama sebenarnya, tidak ada yang tahu siapa nama asli penulis novel pertama di dunia ini.
Namun nama Murasaki yang berarti violet mungkin diambil dari karakter novel The Tales of Genji. Sementara Shikibu berarti sekretariat, pada masa Jepang kuno memanggil nama anak peremuan sesuai dengan pekerjaan atau posisi ayahnya.
Masuk dalam daftar 100 wanita paling penting dalam sejarah dunia, Murasaki Shikibu adalah dayang-dayang permaisuri Akiko kekaisaran Jepang dalam bahasa Jepang disebut Nyobo.
Sang novelis pertama di dunia ini lahir pada tahun 973 dari keluarga Fujiwara Jepang yang berbudaya. Kaket buyut dari pihak ayah adalah seorang penyair. Termasuk ayahnya yang bernama Fujiwara Tamatoki juga seorang penyair.
Bersama sang kakak, Shikibu belajar menulis dan bahasa Mandarin. Ia menunjukkan bakat yang luar biasa dalam bidang seni khususnya kaligrafi, bermain koto alat musik sejenis harpa, melukis, dan menulis puisi. Selain novel, karya lain Murasaki yang masih ada adalah puisi dan buku hariannya.
Murasaki Shikibu menikah dengan anggota keluarga besar Fujiwara lainnya, Fujiwara Nobutaka. Pada usia 26 tahun, Shikibu memiliki seorang putri bernama Daini no Sammi. Suaminya meninggal pada tahun 1001 saat anaknya masih berusia 2 tahun. Dia hidup tenang sampai tahun 1004, ketika ayahnya menjadi gubernur provinsi Echizen.
Sepertinya, ide cerita novel ini berdasarkan pengalaman ketika Shikibu menjadi dayang-dayang Permaisuri Akiko yang saat itu mendampingi Kaisar Ichijo. Shikibu mencatat dalam buku harian kehidupan dalam istana dan bermain dengan imajinasinya.
Ramuan catatan harian istana kekaisaran Jepang dan imajinasinya melahirkan cerita fiktif tentang seorang pangeran bernama Genji. "Tampaknya cerita kehidupan pangeran Genji sampai empat generasi ditujukan kepada pembaca utama wanita" ungkap Jone Johnsone Lewis dalam Thoughtco.
Dalam bahasa Jepang novel ini berjudul Genji Monogatari, merupakan sastra klasik kekaisaran Jepang menggambarkan kehidupan dan kisah cinta pangeran Genji.
"Sebuah novel yang kaya akan karakter dan memberikan gambaran secara jelas kehidupan istana kekaisaran Jepang kala itu" komentar Mark Cartwright dalam World History.