Vitalnya Bambu Indonesia di Masa Dulu, Kini Andalan untuk Masa Depan

By Utomo Priyambodo, Jumat, 2 Juni 2023 | 11:00 WIB
Kehidupan masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari bambu. Mulai dari lahir hingga meninggal, banyak orang Indonesia bersentuhan dengan bambu. (Diah Pande)

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari bambu. Mulai dari lahir hingga meninggal, banyak orang Indonesia bersentuhan dengan bambu.

"Ini vegetasi yang paling familiar dengan masyarakat Indonesia, masyarakat Nusantara," ujar Rony Megawanto, Direktur Program Yayasan KEHATI--organisasi nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan, dalam acara Media Luncheon di Rumah KEHATI, Rabu, 31 Mei 2023.

"Kalau dulu, dan mungkin sampai sekarang ya, masyarakat Indonesia itu, terutama yang masyarakat tradisional, itu dari lahir sampai meninggal itu bersentuhan dengan bambu," tutur Rony.

"Jadi, orang baru lahir dulu itu tali pusarnya dipotong pakai bambu. Nah anak kecil disunat itu juga pakai bambu," lanjutnya lagi.

Kemudian ketika si anak sudah bisa main, mainannya juga terbuat dari bambu. "Ya, layang-layang, enggrang, dan seterusnya," sebut Rony.

Kemudian untuk menangkap ikan, anak-anak maupun orang dewasa terutama di pedesaan juga suka pakai bambu. "Bahkan rumah-rumah kita itu dulu dari bambu, pagar-pagar dari bambu, dan seterusnya untuk anyaman, untuk alat masak, furtinur itu dari bambu."

"Bahkan ketika meninggal, itu untuk mengangkat jenazahnya itu pakai bambu juga," imbuh Rony.

Bahkan, pada zaman perjuangan Indonesia, bambu menjadi tanaman yang paling populer. "Makanya ada istilah bambu runcing," ucap Rony mantap.

Bibit tanaman bambu yang dipakai dalam program restorasi lahan kritis di Ngada, Nusa Tenggara Timur. (Diah Pande)

Selain menjadi vegetasi yang paling familiar bagi masyarakat Indonesia, bambu juga merupakan tanaman yang paling cepat tumbuhnya.

"Karena bambu ini pada dasarnya rumput. Makanya disebut rumput raksasa," papar Rony.

Beberapa referensi menyebutkan kecepatan tumbuh tanaman bambu itu antara 70 sampai 100 sentimeter per hari. Jadi memang sangat cepat pertumbuhannya.

Rony juga menambahkan bahwa bambu merupakan penyerap air yang besar. Akar-akar pohon bambu bisa menyerap 90% air hujan. Satu pohon bambu bisa mnyerap 500 liter.

Selain itu, bambu juga penyerap karbon yang cukup efektif. Berdasarkan penelitian KEHATI, setiap hektare lahan terdapat hamparan pohon bambu dapat menyerap lebih dari 62 ton karbondioksida per tahun. Lahan berisi tanaman bambu ini ditanami juga dengan vegetasi lain agar lebih tinggi tingkat keanekaragaman hayatinya dan bernilai ekonomi lebih besar bagi masyarakat.

Keanekaragaman hayati saling berkaitan dengan perubahan iklim. Terjaganya keanekaragaman hayati bisa mengurangi laju perubahan iklim. Adapun perubahan iklim bisa mengancam kepunahan kenakeragaman hayati.

Pemanfaatan bambu untuk dijadikan makanan dan pangan di Ngada, Nusa Tenggara Timur. (Diah Pande)

Karena begitu pentingnya nilai dan manfaat bambu, Yayasan KEHATI pun memilih konservasi bambu sebagai salah satu program mereka. Mereka telah melaksanakan program penanaman bambu di lahan kritis atau lahan kering di Ngada dan Lombok Tengah.

Kali ini, KEHATI akan melakukan restorasi melalui penanaman bambu di Desa Rana Kolong, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Penanaman bambu ini bakal dilakukan KEHATI bersama LSM Lokal Yayasan Ayo Indonesia, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis, dan masyarakat setempat serta melalui dukungan CIMB Niaga.

Berbekal izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakat (IUPHKm), tanaman bambu akan ditanam di lahan seluas 44 hektare. Puji Sumedi, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI, mengatakan "sekitar 10.000 bambu" akan ditanam di area 44 hektare itu.

Bambu akan ditanam sebagai pembatas di blok pemanfaatan dan blok lindung. Jenis bambu yang akan ditanam antara lain bambu betung, bambu tali, dan bambu aur. Puji menjelaskan bahwa ketiga jenis bambu itu dipilih karena ketersediannya yang melimpah di daerah Rana Kolong tersebut.

Kegiatan pemanfaatan bambu untuk dijadikan berbagai anyaman dan barang agar bisa bernilai ekonomi di Ngada, Nusa Tenggara Timur. (Diah Pande)

Selain bambu, optimalisasi penutupan lahan dilakukan melalui penanaman keras multi manfaat lain. Masyarakat akan menanam kopi dan cengkeh di Kawasan hutan kemasyarakat. Selain untuk pengayaan ekosistem hutan, pola agroforestri yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan sumber pangan dan pendapatan masyarakat.

Yayasan KEHATI bersama pada mitra dan pemerintah daerah serta KPH Manggarai Timur akan melakukan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat terkait tata kelola pertanian berkelanjutan serta pengelolaan produk dan pemasaran. Mereka juga akan melakukan penguatan kapasitas kelembagaan petani dan ekonomi desa, sampai penguatan jejaring hulu hilir dan pemangku kepentingan.

Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain menjaga tutupan hutan, dan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Program ini juga bertujuan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dan sumber ekonomi berkelanjutan untuk masyarakat petani di sekitar kawasan hutan di Manggarai Timur.

Jika dikelola dengan baik, tanaman bambu dapat memberikan banyak manfaat tidak hanya secara ekologi, tetapi juga secara ekonomi. Sebelumnya, seperti telah disebutkan di atas, KEHATI telah melakukan penanaman bambu di daerah Ngada, Nusa Tenggara Timur dan area Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Bambu yang ditanam itu akhirnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagai contoh, jenis bambu tabah di Bali dan Lombok.

Pakar bambu dari Universitas Udayana, Pande Ketut Diah Kencana, menjelaskan bahwa ada setidaknya lebih dari 14 jenis turunan bambu tabah yang telah dikembangkan untuk pangan, seperti rebung, asap cair, teh daun bambu, dan lain sebagainya.

“Rebung bambu tabah sangat spesifik disukai, bentuknya cantik dan rasanya lebih renyah. Rebungnya sudah diekspor ke Korea,” ujar Diah.

Tanaman bambu atau pohon bambu bernilai sangat penting untuk kepentingan ekologi dan ekonomi masyarakat Indonesia di masa kini dan masa depan. (Diah Pande)

Pada akhirnya, bambu di Indonesia masih sangat penting untuk kepentingan ekologi dan ekonomi. Tidak hanya untuk kini, tetapi juga untuk masa depan.

"Bambu dapat menjadi tanaman rehabilitasi dan dapat mengembalikan fungsi lahan sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro dan penyerap karbon,” tegas Rony.

"Bambu juga bisa memberikan alternatif livelihood (mata pencaharian) bagi masyarakat yang mengelolanya," tambahnya lagi.