Mengenal Periode Jomon, Sejarah Peradaban Paling Tua di Jepang

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Kamis, 1 Juni 2023 | 08:00 WIB
Orang-orang Jomon mengawali kehidupan di Jepang. Mereka membentuk peradaban baru yang menjadi paling tua dalam sejarah peradaban di Jepang. (THE PAST)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah peradaban Jepang paling tua dimulai sekitar tahun 14500 SM. Kala periode Neolitik di Eropa berlangsung, dibelahan bumi lain ada peradaban orang-orang Jomon yang tercatat sebagai sejarah paling tua dalam peradaban Jepang. Peradaban Jomon menempuh perjalanan yang panjang hingga 300 SM saat periode Yayoi dimulai. Nama Jomon berarti pola tali jerami, hal ini berasal dari gaya seni tembikar yang dibuat pada zaman tersebut.

Pemukiman dan Sejarah Peradaban Jepang

Di akhir Zaman Es, sejarah peradaban Jepang mencatat asal muasal orang Jomon datang ke wilayah Jepang untuk pertama kalinya.

Melansir World History, Tony Hoang mengatakan “Kemungkinan besar mereka datang bersamaan kawanan hewan melalui jembatan darat. Saat iklim menghangat, jembatan darat menghilang dan tersadarlah bahwa mereka berada di sebuah pulau. Kawanan hewan yang datang jauh dari tempat asalnya lama-kelamaan mati. Orang-orang Jomon mulai berburu dan mengumpulkan makanan.”

Temuan sejarah peradaban makanan mereka meliputi beruang, ikan, kerang-kerangan, ketela, anggur liar, kacang kenari, kastanye dan biji pohon ek. Bukti dari makanan mereka ini ditemukan di dalam timbunan kotoran, tumpukan sampah rumah tangga dan timbunan cangkang yang ditemukan di pedesaan.

Sekitar tahun 5000 SM, peradaban orang-orang Jomon mulai beralih ke gaya hidup menetap dan bermukim di desa-desa. Desa terluas di zaman itu sekitar  100 hektar dengan populasi sekitar 500 orang.

“Desa-desa di dekat laut sangat bergantung pada memancing, sementara pemukiman yang berada di tengah pulau memiliki gaya hidup berburu” ungkap Hoang.

Hasil penemuan ahli sejarah peradaban Jepang melalui peninggalan peradaban orang Jomon diasumsikan sebagai panggung upacara batu dan lubang penyimpanan. Perumahan warga desa yang awalnya sederhana, lama kelamaan berkembang jadi sebuah rumah dengan lubang pintu yang dibangun di atas tanah dengan struktur yang ditopang pilar, dan bisa dihuni oleh lima orang di dalam setiap rumah.

Peradaban orang Jomon menetap di wilayah yang berbeda-beda tergantung pada perubahan iklim; saat cuaca dingin terjadi mereka tinggal dekat laut, seperti yang terbukti dari ditemukannya timbunan cangkang dan tulang-tulang ikan. Ketika cuaca menjadi hangat pola pemukiman menunjukkan mereka bergeser ke tengah pulau dalam rangka memanfaatkan kesuburan flora dan fauna.

Bersamaan dengan perubahan tempat tinggal, jumlah populasi mengalami peningkatan signifikan. Dikutip dari laman World History, pada tahun 5000 SM sejarah peradaban Jepang mencatat populasi penduduk di Jomon tumbuh dari 20.000 hingga 100.000.

Hoang menyampaikan, "Meski orang-orang Jomon memilki gaya hidup menetap, namun revolusi pertanian padi baru hadir mendekati akhir periode Jomon. Ini terjadi sekitar tahun 900 SM bersamaan dengan teknik pengolahan logam yang sudah maju, padi dibawa masuk ke barat daya Jepang dari yang sekarang dikenal sebagai Korea."

Peradaban hunian orang-orang di era periode Jomon. Terdiri atas satu pintu dan dapat dihuni hingga lima orang. (KEITA SAWAKI/a.collectionRF)

Teknologi

Mirip dengan teknologi Neolitik yang digunakan di Eropa dan bagian Asia lain, perkakas dari batu dan kayu digunakan sebagai pisau, kapak, busur dan panah digunakan orang-orang Jomon untuk berburu.

Pakaian mereka terbuat dari kulit pohon murbai, dijahit menggunakan jarum tulang. Karena orang-orang Jomon sudah tinggal di dekat laut sejak beberapa periode,mereka mengembangkan alat-alat pancing seperti harpun dan kail.

Tak disangka Jepang modern saat ini yang dikenal berkembang pesat dengan industri pangan dan pertaniannya, nyatanya belum ada tanda-tanda pertanian skala besar yang ditemukan sampai pada periode Yayoi.

Kalaupun ada, terdapat bukti sejarah hortikultura dalam skala kecil. Berbeda dengan peradaban praktik pertanian di belahan Eropa dan Asia lainnya yang sudah jauh hari melakukan praktik pertanian dalam skala besar.

Tembikar Jomon

Tembikar paling tua yang pernah ada di dunia yang ditemukan dalam keadaan ribuan keping berada pada era Jomon. Tembikar Jomon dibuat cukup rumit dengan tangan, tanpa bantuan alat.

Dimulai dari lilitan bawah yang terbuat dari tanah liat lunak yang dicampur dengan bahan lain seperti serat atau cangkang yang dihancurkan. Setelahnya, bagian luar dan dalam tebikar dihaluskan dengan alat dan dibakar di api unggun di luar ruangan.

Pada Jomon Awal (5000 SM-3000 SM) bentuk tembikar memiliki bagian bawah yang datar dan digunakan untuk di luar ruangan. Pada Periode Jomon Pertengahan (3000 SM-1000 SM), wadah-wadah sudah dihias dengan motif api atau ular dan lain-lain, dan Periode Jomon Akhir (1000 SM-300 SM), bagian dinding tembikar menjadi lebih tipis dan wadah-wadahnya memilki banyak kegunaan.

Gaya tembikar yang dibuat dari peradaban orang-orang Jomon dapat dikenali dari pola anyaman talinya, oleh karena itu dinamai Jomon yang berarti pola tali jerami.

Ritual dan Kepercayaan

Pada periode Jomon Pertengahan hingga periode Jomon Akhir, peradaban orang Jomon menguburkan bayi di dalam guci-guci besar. Sementara orang dewasa dikubur dalam lubang dan timbunan cangkang di dekat desa, lalu mereka meletakkan persembahan upacara dan ornamen lainnya di kuburan.

Patung tanah liat atau dogu dibuat awalnya hanya berupa gambar datar dengan berbagai ukuran dari 3 sampai 30 centimeter. Ketika masuk pada era Jomon Pertengahan, patung - patung ini semakin tersebar luas. Patung sudah mulai berbentuk tiga dimensi di akhir periode Jomon.

Tony Hoang menjelaskan, "Banyak dari patung-patung ini berbentuk wanita hamil dibuat untuk meningkatkan fertilitas. Ada juga berbentuk orang-orang biasa, namun kadang rusak karena dipercaya kesialan atau penyakit mengenai patung alih-alih orang hidup yang diwakilinya."

Peradaban lain bagi laki-laki yang memasuki masa pubertas adalah ritual mencabut gigi untuk alasan yang tidak diketahui. Di sebelah utara Jepang, sejumlah lingkaran batu ditemukan di sekitar desa yang berasal dari sejarah peradaban Jepang di Jomon.

"Masih tidak diketahui tujuannya namun diduga ini dilakukan agar mendapat hasil buruan dan pancingan yang berlimpah" ungkap Tony Hoang.

Transisi ke Yayoi

Selama Periode Jomon, Jepang terisolasi dari Asia yang lain, jadi budaya, masyarakat dan teknologinya bisa dikatakan asli dan boleh jadi lebih primitif karena tidak mendapatkan akses ke ide-ide dan teknologi dari kebudayaan lain.

Hingga di fase akhir periode ini ditemukan bukti peradaban seperti tembikar yang mirip di Korea dan Kyushu, pulau paling selatan Jepang.

Orang-orang Jomon akhirnya belajar menanam padi dan mengolah logam dari Korea, juga menjalin kontak dengan orang-orang yang berbaur dengan orang-orang lokal di wilayah lebih ke selatan. Mereka ini yang akan menjadi orang Jepang modern.