Periode Yayoi, Sejarah Klan Kekaisaran Jepang dan Samurai Dimulai

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Minggu, 4 Juni 2023 | 10:00 WIB
Replika rumah periode Yayoi di Jepang sekitar 400 SM hingga 300 M. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Periode Yayoi menandai transisi abad Sebelum Masehi ke abad Masehi. Sejarah peradaban ini tepatnya dimulai 300 SM hingga 250 M. Didahului oleh Periode Jomon dan diikuti oleh Periode Kofun.

Nama Yayoi datang dari distrik di Tokyo di mana artefak-artefak pertama yang diasosiasikan dengan periode ini ditemukan pada tahun 1884 Masehi. Pada zaman ini sejarah peradaban pertanian padi dan pengolahan logam semakin berkembang setelah diperkenalkan pada akhir Periode Jomon.

Pertanian dan Revolusi Teknologi

Penemuan ahli sejarah menunjukkan pengolahan logam tampak mencolok pada periode ini. Alih-alih menggunakan perkakas dan benda-benda dari batu.

Sejarah peradaban logam dimulai, mereka mengolah logam menjadi senjata, baju zirah, dan pernak-pernik yang terbuat dari perunggu dan besi. Cangkul dan sekop yang memiliki bilah dan kepala terbuat batu diganti dengan logam.

Melansir World History, Tony Hoang mengatakan “Dengan diperkenalkannya teknik irigasi yang dikembangkan pada zaman ini untuk mengairi sawah dan ladang, maka sejarah peradaban mesyarakat Yayoi berubah drastis, karena sekarang mereka menetap secara permanen dan sebagian besar makanan mereka nasi, kacang-kacangan, dan labu yang tumbuh disekitar hunian mereka. Lumbung dan sumur komunal untuk menyimpan makanan dan mengambil air dibangun di dekat sawah-sawah.”

Revolusi pertanian, menandai sejarah peradaban baru dengan meningkatnya populasi penduduk yang tumbuh dengan stabil selama periode ini.

Tercatat dalam sejarah populasi penduduk mencapai puncaknya pada jumlah sekitar 2.000.000 jiwa. Kota-kota dan desa-desa awalnya terdiri dari rumah-rumah lubang, mirip dengan perumahan Jomon, dengan atap jerami dan lantai tanah, namun perlahan berkembang menjadi struktur kayu yang didirikan di atas tanah menggunakan tonggak-tonggak kayu.

Seperti tembikar yang dibuat pada Periode Jomon, tembikar Yayoi juga dibuat dengan memilin tanah liat, menghaluskan bagian dalam dan luarnya dan kemudian dibakar, tapi kemiripannya berhenti sampai di situ karena tembikar Yayoi lebih fungsional dan lebih tidak berpori.

“Tembikar Yayoi tidak terlalu dihias seperti tembikar Jomon. Bentuk utama tembikar pada zaman ini adalah kendi-kendi berleher panjang, periuk bermulut lebar, baskom-baskom berceruk dalam dan mangkuk-mangkuk berkaki” ungkap Hoang.

Sejarah peradaban periode Yayoi menggunakan dotaku lonceng yang dibuat di abad ke-3 ini untuk ritual pertanian, agar hasil pertanian subur dan berlimpah. ()

Melansir Britannica, lonceng dotaku terbuat dari perunggu pada abad ke-3 tingginya berkisar antara 4 hingga 50 inci. Kualitas lonceng menunjukkan teknologi pembuatan yang sudah agak maju.

Terukir pita relief figural dan dekoratif pada lonceng ini. Dotaku tampaknya tidak digunakan sebagai alat musik di Jepang. Melainkan dotaku digunakan untuk ritual pertanian bagi kesuburan dan hasil panen berlimpah. 

Pada sejarah peradaban ini perdagangan bukanlah hal yang utama atau prioritas. Akan tetapi pada Periode Yayoi, perdagangan berkembang dengan kota-kota yang memiliki sumber daya berharga dan pusat-pusat perdagangan menjadi permukiman terbesar.

Permukiman Yayoi terbesar yang ditemukan adalah pusat perdagangan bernama Asahi, terletak di Prefektur Aichi modern, dengan luas 200 hektar.

Masyarakat

“Pasokan bijih logam di Jepang pada zaman itu cukup terbatas, maka memiliki barang-barang logam menandakan status yang tinggi” komentar Hoang. Pada sejarah peradaban inilah masyarakat yang menggunakan sistem kelas muncul dengan terbentuknya sekitar 100 klan pada tahun 100 Masehi.

Ingin dominan, klan-klan ini saling berperang memperebutkan kekuasaan selama sisa periode ini. Meski klan-klan ini saling berkelahi, ada saatnya mereka juga membentuk aliansi yang kemudian membentuk kerajaan-kerajaan kecil cikal bakal kekaisaran Jepang untuk tujuan militer atau untuk kesuksesan ekonomi bersama. Di bawah kekuasan berbagai klan, pajak dikumpulkan dan sistem hukuman diciptakan.

Material lain yang menandakan status yang tinggi adalah sutra dan kaca yang diproduksi di Kyushu, pulau paling selatan di Jepang. Pria-pria berstatus tinggi biasanya memiliki istri lebih banyak daripada yang berstatus rendah.

Pada periode ini, sudah menjadi kebiasaan orang-orang berstatus lebih rendah untuk minggir ke sisi jalan dan memberi jalan pada mereka yang lebih superior secara sosial, kebiasaan ini berlanjut hingga abad ke-19 Masehi.

Kepercayaan

Berdasarkan bukti sejarah yang ditemukan, kepercayaan orang-orang Yayoi cukup berbeda dari orang-orang Jomon. Mereka memuja berbagai dewa dan menggelar ritual perayaan dalam rangka menghormati dewa-dewa ini.

Benda-benda perunggu seperti lonceng, cermin dan senjata kemungkinan digunakan khusus untuk tujuan upacara ritual. Kuburan dibagi antara masyarakat umum dan kaum elit. Orang-orang biasa dikuburkan bersama benda-benda milik mereka jika ada, sementara kaum elit dikuburkan terpisah dengan kuburan yang mewah berisi benda-benda upacara.

Kadang-kadang, setelah seseorang dikuburkan dan sudah tinggal tulang-belulang, orang-orang akan menggali tulang-tulang tersebut, mencucinya dan mengecatnya dengan oker (pewarna alami tertua) berwarna merah. Lalu menyimpannya di dalam toples dan menguburkannya lagi di dalam lubang besar yang terkadang memiliki parit.

Hubungan dengan Tiongkok

Banyak informasi sejarah tentang peradaban Yayoi yang belakangan datang dari Tiongkok pada dinasti Han dan dinasti-dinasti berikutnya di Kekaisaran Tiongkok.

Jepang pertama kali disebutkan dalam catatan kekaisaran Tiongkok adalah di dalam Han Shu, sebuah buku sejarah kekaisaran Tiongkok yang selesai ditulis pada tahun 82 Masehi.

Pada catatan tersebut Jepang disebut sebagai Wa, yang berarti “Negeri Para Kurcaci”, yang memiliki seratus kerajaan dan secara teratur membawa upeti untuk kekaisaran Tiongkok melalui pangkalan Korea.

Catatan yang lebih detail ditemukan dalam Wei Zhi, sejarah Kerajaan Wei di Tiongkok, yang ditulis tahun 297 Masehi. Satu catatan tahun 240 Masehi, yang menulis kunjungan ke Jepang oleh beberapa orang Tiongkok .

Tulisan sejarah mendeskripsi ucapan mereka adalah “Kerajaan atau klan yang paling kuat adalah Yamato dengan ratunya bernama Himiko.” Ratu Himiko dideskripsikan sebagai seorang dukun, mempraktikkan sihir di waktu luangnya dan memperoleh kekuasaan melalui perang dan menaklukkan selama bertahun-tahun.

Pada tahun 283 Masehi, dikatakan Ratu Himiko mengirim seorang utusan yang membawa upeti untuk Kaisar Tiongkok dan kemudian status agungnya diakui seperti semua penguasa Jepang lainnya, tapi tidak seperti mereka, statusnya adalah Ratu seluruh kekaisaran Jepang.

Warisan

Periode Yayoi menandai transisi orang-orang Jepang yang sebelumnya pemburu dan bukan masyarakat petani menjadi masyarakat pengolah logam, berpolitik dan memiliki kekuatan militer.

Periode Yayoi meletakkan pondasi Jepang abad pertengahan dengan diperkenalkannya bertanam padi dan pengolahan logam. Terjadi peningkatan dalam pembuatan senjata dan baju zirah untuk keperluan militer.

Perkembangan klan-klan dan kerajaan-kerajaan beserta sistem kelas pada akhirnya mengarah pada sistem daimyo, samurai dan Takhta Serunai (istilah yang digunakan untuk merujuk singgasana kekaisaran Jepang) dengan garis kaisar yang masih belum putus hingga hari ini.