Mengapa Babilonia Menjadi Kota Ikonik Sejarah Peradaban Mesopotamia?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 6 Juni 2023 | 08:00 WIB
Kota Babilonia kuno adalah pusat sejarah peradaban Mesopotamia yang bertahan selama 2000 tahun. (Dorling Kindersley)

Nationalgeographic.co.id—Babilonia kuno adalah kota berpengaruh yang berfungsi sebagai pusat sejarah peradaban Mesopotamia selama hampir dua milenium, dari sekitar tahun 2000 SM hingga tahun 540 SM. Kota Babilonia terletak di dekat Sungai Efrat, sekitar 60 mil (100 kilometer) selatan Baghdad di tempat yang sekarang disebut Irak.

Babilonia memiliki dampak yang signifikan di sejarah peradaban Mesopotamia. Salah satu penguasa awalnya, Hammurabi, menciptakan sistem hukum yang keras, sementara di kemudian hari, bahasa Babilonia digunakan di seluruh Timur Tengah sebagai cara berkomunikasi lintas batas.

Code of Hammurabi atau yang dikenal dengan Kode Hammurabi, meskipun bukan yang tertua di Timur Tengah, adalah salah satu yang paling terkenal.

Kota ini juga terkenal dengan pembangunan Taman Gantung Babilonia (jika cerita kuno itu benar), keajaiban dunia kuno yang diyakini sebagian orang dibangun oleh raja alkitabiah Nebukadnezar II.

Para ilmuwan kuno yang tinggal di Babilonia membuat penemuan penting dalam bidang matematika, fisika, dan astronomi.

Di antara banyak pencapaian mereka, mereka mengembangkan trigonometri, menggunakan model matematika untuk melacak Yupiter, dan mengembangkan metode pelacakan waktu yang masih digunakan sampai sekarang.

Catatan Babilonia kuno dari sejarah peradaban Mesopotamia masih digunakan oleh para astronom modern untuk mempelajari bagaimana rotasi Bumi berubah.

Kota kuno dan pencapaian masyarakatnya telah memengaruhi orang selama ribuan tahun, dan dampaknya masih dapat dirasakan hingga saat ini.

"Babilonia, dalam semua manifestasinya, sekaligus jauh dari kita dan di sekitar kita. Tidak seperti kota lain, sejarahnya terikat dengan legenda ..." tulis peneliti Irving Finkel dan Michael Seymour dalam buku "Babylon: City of Wonders" (Oxford University Press, 2008).

Babilonia mula-mula

Secara arkeologis, sedikit yang diketahui tentang sejarah awal Babilonia. Catatan kuno menunjukkan bahwa lebih dari 4.000 tahun yang lalu, pada saat kota Ur (di tempat yang sekarang Irak selatan) menjadi pusat kerajaan.

Babilonia adalah pusat administrasi provinsi dan merupakan bagian dari kerajaan Ur, tulis sejarawan Gwendolyn Leick dalam bukunya "The Babylonians: An Introduction" (Routledge, 2002).

Babilonia dibangun di daerah yang "bersuhu sangat tinggi dan jauh dari jangkauan pertanian tadah hujan," Seymour, rekan peneliti di Metropolitan Museum of Art di New York City, menulis dalam bukunya "Babylon: Legend, History and the Ancient City" (I.B. Tauris, 2014).

Dia mencatat bahwa sistem irigasi yang mendistribusikan air dari Efrat diperlukan untuk bercocok tanam.

"Namun, setelah didirikan, sistem seperti itu dapat menuai keuntungan dari tanah aluvial yang kaya dan mendukung pertanian yang sangat produktif di tanggul kanal," tulis Seymour.

Kota ini juga terkenal dengan pembangunan Taman Gantung Babilonia, salah satu pencapaian dalam sejarah peradaban Mesopotamia. (Public Domain)

Posisi Babilonia di Sungai Efrat, bersama dengan sistem kanal yang kemudian dibangun oleh penguasa Babilonia di wilayah tersebut, mendorong perdagangan dan perjalanan, Stephanie Dalley, dari University of Oxford, menulis dalam bukunya “The City of Babylon: A History c. 2000 B.C. – A.D. 116" (Cambridge University Press, 2021).

Tahanan yang ditangkap dalam perang terkadang dipaksa untuk membantu membangun jaringan kanal di wilayah tersebut, catat Dalley.

Leick mencatat bahwa pada tahun 1894 SM. setelah kekaisaran yang berbasis di Ur runtuh, Babilonia ditaklukkan oleh seorang pria bernama Samu-abum (juga dieja Sumu-abum).

Dia adalah seorang Amori, anggota dari orang-orang berbahasa Semit dari daerah sekitar Suriah modern. Dia mengubah Babilonia menjadi kerajaan kecil yang terdiri dari kota dan sejumlah kecil wilayah terdekat.

Babilonia tetap seperti ini sampai, enam raja kemudian, seorang pria bernama Hammurabi (1792 SM sampai 1750 SM) naik tahta. Dia memiliki pengaruh besar pada kekayaan kota dan mengubah kerajaan yang dulunya kecil ini menjadi sebuah kerajaan besar menjadi sebuah sejarah peradaban Mesopotamia.

Kerajaan HammurabiHammurabi harus bersabar sebelum dia bisa berkembang, kata Leick. Babilonia terletak di antara dua kota besar yang dikenal sebagai Larsa dan Ashur, dan Hammurabi harus berhati-hati.

Dia menggunakan waktunya dengan bijak. "Di rumah dia berkonsentrasi pada peningkatan basis ekonomi kerajaannya dengan membangun kanal dan memperkuat benteng," tulis Leick.

Ketika raja Ashur meninggal sekitar tahun 1776 SM, Hammurabi memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang diakibatkannya dan memperluas wilayah Babilonia dengan menaklukkan Ashur.

Setelah itu, dia melakukan serangkaian kampanye melawan Larsa dan menjatuhkan kekuasaan Rim-Sin, yang telah memerintah kerajaan besar tersebut selama hampir 60 tahun.

“Kemenangan ini menandakan aneksasi semua pusat kota lama, seperti Ur, Uruk, Isin, dan Larsa,” tulis Leick. Kampanye lebih lanjut melawan Asyur dan Mari semakin memperluas kerajaan Hammurabi.

Para arkeolog hanya tahu sedikit tentang seperti apa Babilonia itu sendiri pada masa pemerintahan Hammurabi.

"Sisa-sisa kota Hammurabi sendiri di Babilonia, sayangnya, hampir tidak dapat diakses karena permukaan air telah naik terlalu tinggi untuk memungkinkan mereka dijelajahi," tulis peneliti arkeologi Harriet Crawford dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam buku "The Babylonian World" (Routledge , 2007).

Sementara peninggalan arkeologi sejarah peradaban Mesopotamia di Babilonia yang berasal dari periode ini langka, peninggalan tekstual mengungkap lebih banyak informasi.

Leick mencatat bahwa Hammurabi sangat dihormati sehingga dia dianggap sebagai dewa. Dia menulis bahwa orang tua memberi anak mereka nama yang berarti "Hammurabi adalah pertolonganku" atau "Hammurabi adalah tuhanku".

Hammurabi sendiri membahas sifat ketuhanannya dalam kitab hukumnya yang terkenal.

Saat ini, Babilonia adalah Situs Warisan Dunia UNESCO, dan daftarnya dapat dilihat di situs web UNESCO. Antara 2009 dan 2015, Dana Monumen Dunia mendukung proyek konservasi di Babilonia.