Penaklukan Madura Oleh Mataram dalam Catatan Sejarah Kolonial

By Galih Pranata, Selasa, 6 Juni 2023 | 13:00 WIB
Potret R.A. Tjakraningrat (Cakraningrat I). Dalam catatan sejarah kolonial, Cakraningrat bernama asli Raden Prasena yang semula merupakan tahanan perang Mataram atas Madura. (Wikimedia Commons)

Juru Kiting dikenal di Mataram karena kesaktiannya yang magis. De Graaf mencatat tindak tak lazimnya yang justru melemahkan Madura.

De Graaf menyebut bahwa pasukan Madura melihat langsung ritual-ritual yang dipimpin langsung oleh Mataram. Secara kompak pasukan Mataram mendongakkan kepala ke langit setelahnya merundukkannya ke tanah.

Melihat itu, orang-orang Mataram bak mendapat semangat baru. Sebaliknya, pasukan Madura mengendur dan menciut keberaniannya. Tak pelak, Mataram merangsek dengan mudah menaklukan raja demi raja.

Penaklukan Mataram ke Madura tak menyisakan satupun di antara raja-raja Madura yang masih hidup. Upaya untuk menguasai dan membumihanguskan raja-raja Madura terjadi pada tahun 1624 M.

Menurut Khoirotun Nisa' (2015) dalam jurnalnya berjudul Pemerintahan Pangeran Cakraningrat I di Sampang Tahun (1624-1648), menyebutkan bahwa raja-raja di Madura telah tewas akibat terlibat pertempuran dengan pasukan Sultan Agung.

"Pangeran Mertosari penguasa Sampang, Pangeran Purbaya penguasa Pamekasan, Pangeran Jimat dan ayahnya Panembahan Ronggo Sukowati gugur dalam pertempuran," imbuh Nisa'.

Keraton Mataram di Tegal yang merupakan jejak kehidupan Purbaya pada abad ke-17. (KITLV)

Nasib Raden Prasena Pasca Penaklukan Madura Oleh Mataram

Kerajaan Arosbaya yang agung di Madura hampir hilang tak berbekas, hanya menyisakan satu pangeran Arosbaya yang masih tersisa. Ia adalah Raden Prasena.

Dalam catatan Tradisional Jawa (Mataram), Raden Prasena dididik dengan tempaan nilai-nilai Keislaman yang baik oleh ibunya. Narasi ini sedikit berbeda dengan catatan sejarah kolonial.

Berbeda dalam catatan sejarah kolonial yang dituliskan oleh De Graaf, Raden Prasena, seorang digambarkan dididik oleh pamannya, Pangeran Santa Merta di Madegan.

Namun ceritera selanjutnya, antara catatan tradisional Jawa dengan catatan sejarah kolonial berkisah sama tentang nasib dari Raden Prasena pasca takluknya Madura di bawah panji Mataram.