Monster Hafgufa dalam Mitologi Nordik Ternyata dari Kisah Nyata

By Ricky Jenihansen, Kamis, 15 Juni 2023 | 11:00 WIB
Legenda monster laut dalam mitologi Nordik mungkin adalah paus, kata para ilmuwan. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Mitologi Nordik yang dideskripsikan dalam manuskrip kuno abad ke-13 memuat legenda tentang monster laut mengerikan.

Makhluk tersebut disebut Hafgufa, monster dalam mitologi Nordik yang mirip dengan kraken.

Tidak seperti umumnya mitologi lain yang selalu dibantah oleh dunia ilmiah karena tidak masuk akal dan tidak rasional. Mitologi Nordik tentang Hafgufa ternyata dianggap benar-benar ada.

Sebuah analisis baru dari ilmuwan Australia menunjukkan, bahwa monster tersebut benar-benar ada dan terinspirasi dari kisah nyata.

Akan tetapi menurut mereka, itu bukan benar-benar monster laut dari abad pertengahan, tapi adalah seekor paus.

Ilmuwan di Australia berpendapat, bahwa monster laut dalam manuskrip Nordik abad ke-13 sebenarnya adalah deskripsi akurat tentang paus yang menggunakan umpan jebakan.

Makhluk laut yang disebutkan dalam manuskrip Nordik Kuno abad ke-13 ini, yang menurut sejarawan adalah monster mitologi mirip kraken, sebenarnya adalah paus.

Paus itu sedang menggunakan strategi berburu yang dikenal sebagai perangkap atau tread-water feeding, sebuah studi baru menemukan.

Ilmuwan baru mendeskripsikan perilaku makan ini sekitar satu dekade lalu. Mereka melihat paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) dan paus Bryde (Balaenoptera brydei) menunggu dengan mulut terbuka lebar dalam posisi tegak tak bergerak di permukaan air.

Kawanan ikan yang tidak curiga itu menganggap rahang yang menganga sebagai tempat berlindung. Ikan-ikan itu berenang langsung ke perangkap yang mematikan.

Klip paus Bryde yang melakukan taktik ini menjadi viral di Instagram setelah ditampilkan dalam serial dokumenter BBC pada tahun 2021.

"Saya sedang membaca beberapa mitologi Nordik dan memperhatikan makhluk ini, yang menyerupai perilaku makan paus virus," kata John McCarthy, seorang arkeolog maritim di College of Humanities, Arts and Social Sciences di Flinders University di Australia, kepada Live Science.

"Begitu kami mulai menyelidiki lebih jauh, kami melihat kesamaannya sangat mencolok."

Ahli biologi kelautan, arkeolog, dan pakar sastra dan bahasa abad pertengahan bekerja sama untuk menyelidiki kesamaan antara perilaku monster abad pertengahan, bernama Hafgufa.

Monster itu dijumpai dalam manuskrip Nordik Kuno, dan strategi memberi makan paus ini.

Studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Marine Mammal Science dengan judul "Parallels for cetacean trap feeding and tread-water feeding in the historical record across two millennia."

Catatan mendetail tentang Hafgufa, yang diterjemahkan menjadi "kabut laut", muncul dalam manuskrip mitologi Nordik abad ke-13 berjudul "Konungs skuggsjá" ("Cermin Raja").

Manuskrip itu ditulis untuk Raja Norwegia Hákon Hákonarson, yang memerintah dari tahun 1217 hingga 1263.

Namun para peneliti yang telah menelusuri referensi Hafgufa kembali ke teks Aleksandria abad kedua Masehi yang disebut "Physiologus".

Teks itu berisi gambar makhluk mirip paus, disebut sebagai "aspidochelone," dengan ikan melompat ke dalam mulutnya.

Monster Hafgufa dalam mitologi Nordik ternyata dianggap benar-benar ada. (Earthly Mission)

Menurut para peneliti, pelaut abad pertengahan mungkin tahu bahwa Hafgufa adalah sejenis ikan paus dan bukan monster laut. Apalagi monster yang fantastik seperti dalam deskripsi mitologi Nordik.

"Orang-orang Nordik adalah pelaut besar. Sebagian besar perjalanan yang dilakukan orang pada Abad Pertengahan di Skandinavia adalah perjalanan memancing, jadi mereka memiliki tingkat pengetahuan yang sangat tinggi tentang pasang surut, arus, pola gelombang, serta ikan, " kata Lauren Poyer.

Ia merupakan asisten profesor di Departemen Studi Skandinavia di Universitas Washington, kepada Live Science.

Namun demikian, beberapa catatan abad pertengahan menunjukkan bahwa para pelaut mendaratkan kapal mereka dan menyalakan api di punggung Hafgufa yang mirip pulau.

Namun, baru pada abad ke-18, penulis menyamakan makhluk itu dengan leviathan, kraken, atau bahkan putri duyung. "Saya akan menyebutnya penyalahgunaan sumber abad pertengahan," kata Poyer.

"Kecenderungannya adalah untuk mengabaikan laporan abad pertengahan tentang alam sebagai informasi yang salah dan tidak akurat," kata McCarthy.

“Faktanya, meskipun kerangka pengetahuan mereka sangat berbeda, mereka mampu memberikan deskripsi yang tepat tentang jenis paus ini di abad ke-13. Belakangan, karena tidak menyadari fenomena makan ini, abad ke-18 penulis menemukan makhluk laut ini dan membuat kesalahan ini."

Dalam mitologi Nordik dalam manuskrip kuno, Hafgufa mengeluarkan parfum yang menarik ikan ke dalam mulutnya.

Menurut penelitian baru, aroma khusus ini bisa merujuk pada bau "kubis busuk" yang terkait dengan pemberian makan ikan paus.

Paus Bungkuk dan Bryde juga menghasilkan bau yang berbeda saat mereka memuntahkan makanannya untuk memikat lebih banyak mangsa ke dalam rahangnya yang tidak bergerak.

Jadi mengapa para ilmuwan modern baru mengetahuinya baru-baru ini?

Salah satu penjelasannya adalah bahwa teknologi seperti drone memungkinkan kita mengamati populasi paus dengan lebih mudah daripada sebelumnya, kata McCarthy.

Penjelasan kedua adalah bahwa "populasi paus baru saja mulai pulih ke ukuran aslinya, sebelum penangkapan ikan paus dan perilaku mereka berubah seiring bertambahnya jumlah mereka."

"Jika kita menganggap ini sebagai saksi mata abad pertengahan, maka ini bukan abad ke-21 ketika kita pertama kali mengamati (perilaku paus), itu sebenarnya setidaknya 1.000 tahun yang lalu," kata Poyer.