Nationalgeographic.co.id—Pengepungan, penyerangan dan penjarahan oleh Tentara Salib telah meruntuhkan Kekaisaran Bizantium.
Warga diperkosa dan dibantai, gedung-gedung dibakar, gereja-gereja dirusak dan tragedi tersebut sekaligus mengakhiri sejarah Perang Salib keempat.
Perang antara Tentara Salib dan Kekaisaran Bizantium ini benar-benar dahsyat.
Meskipun jumlah tentara yang terlibat lebih sedikit, hal itu tidak dapat dibandingkan dengan dengan penaklukan Muhammad Al Fatih nantinya.
Saat itu Kekaisaran Bizantium dalam keadaan benar-benar tidak siap. Sementara Tentara Salib tiba-tiba telah bersiaga di luar Konstantinopel pada tanggal 24 Juni 1203 M, demikian menurut sejarwan Mark Cartwright di World History Encyclopedia.
Pasukan tersebut terdiri atas sekitar 4.500 kesatria dan pengawal mereka, hingga 14.000 infanteri, dan 20.000-30.000 orang Venesia.
Target pertama adalah garnisun Bizantium di dekat Galata di pantai lain Tanduk Emas.
Dengan demikian, rantai besar yang memblokir pelabuhan Tanduk Emas dapat diturunkan. Armada Tentara Salib pun dapat langsung menyerang tembok laut Konstantinopel jika diperlukan.
Pada saat yang sama, mesin pengepungan dibangun dalam kesiapan untuk menyerang benteng kota yang tangguh di sisi darat, Tembok Theodosian.
Kaisar petahana Alexios III Angelos (memerintah 1195-1203 M), sama sekali tidak siap dengan kedatangan Tentara Salib, melarikan diri dari kota pada tanggal 17 Juli 1203 M.
Langkah pertama Tentara Salib adalah upaya untuk menempatkan pendukung mereka sendiri di atas takhta, Alexios IV Angelos bersama ayahnya yang mantan kaisar Isaac II Angelos.
Namun, sekarang orang barat menyadari bahwa janji Alexios semuanya salah.
Pasangan itu sangat tidak populer dengan Bizantium. Sebagian besar berkat propaganda berkelanjutan melawan mereka oleh penerus mereka, Alexios III yang telah meninggal.