Pada akhirnya, kehadiran tentara Salib mengancam mereka yang berkemah di luar ibu kota.
Akibatnya, dengan takhta yang sekarang efektif kosong dan dengan dukungan rakyat dan tentara, seorang perampas kekuasaan masuk. Dia bernama Alexios V Doukas, yang dijuluki 'Murtzurphlus' karena alisnya yang lebat.
Doukas berjanji untuk mempertahankan kota dengan segala cara melawan Tentara Salib. Dia merebut takhta setelah mengeksekusi pendahulunya, ayah dan putranya bersama-sama, pada Januari 1204 M.
Tembok Konstantinopel diperkuat, menara ditinggikan, dan beberapa serangan dilakukan terhadap kamp Tentara Salib.
Kondisi Tentara Salib saat itu sudah tidak memedulikan jalan diplomatik. Perbekalan mereka sangat rendah, dan kapal mereka membutuhkan perbaikan dan pemeliharaan vital.
Mereka hanya memiliki sedikit pilihan selain mencoba dan merebut kota Konstantinopel.
Mereka melancarkan serangan habis-habisan pada pagi hari tanggal 9 April 1204 M, tetapi Bizantium berhasil menghalaunya.
Kemudian, pada 12 April, Tentara Salib menyerang tembok laut pelabuhan yang lebih lemah. Target mereka berikutnya, melumpuhkan dua menara dengan mengikat kapal mereka lalu menabraknya berulang kali.
Awalnya, tentara Kekaisaran Bizantium dapat bertahan. Akan tetapi akhirnya, Tentara Salib dapat menerobos masuk baik di sisi laut dan sisi darat.
Para penyerang menghancurkan gerbang kota. Mereka membantai pasukan Kekaisaran Bizantium dan sekitar 400.000 penduduk kota.
Dampak Penjarahan Konstantinopel