Nationalgeographic.co.id—Bagi wisatawan, berkunjung ke India tidak lengkap jika belum mengunjungi Taj Mahal.
Bangunan warna putih bernuansa India periode sejarah Kekaisaran Mughal ini adalah wujud cinta Kaisar Shah Jahan kepada istrinya, Mumtaz Mahal yang rampung pada 1648.
Ada pula versi lain dari Taj Mahal, yakni Taj Merah atau juga biasa disebut sebagai Taj Mahal Merah.
Bangunan ini justru kebalikan dari Taj Mahal, sebagai wujud rasa cinta sang istri kepada suaminya. Uniknya lagi, Taj Mahal Merah ini dibangun sebagai makam pria asal Belanda, John Hessing.
Taj Mahal Merah berada di Agra—kota di mana Taj Mahal berada. Dalam sejarah India, tepatnya pada akhir periode Kekaisaran Maratha (1674–1818), John Hessing memimpin 3.000—4.000 pasukan untuk melawan Nizam dari Hyderabad dalam Pertempuran Kharda pada 1795.
Hanya ada sedikit yang diketahui tentang Hessing. Yang diketahui adalah dia merupakan seorang musafir berasal dari Belanda yang lahir pada tahun 1739.
Pada 1764, dia datang ke India sebagai pelayan para pangeran. Kemudian dia melayani kaisar dinasti Scindia, seorang prajurit Kekaisaran Maratha yang kemudain menjadi kaisar.
Hal itu terdokumentasikan dalam prasasti di Taj Mahal Merah:
"Pada tahun 1784, dia (John Hessing) masuk sebagai pelayan Madho Rao Sindhia (Mahadji Scindia) dan terlibat dalam beberapa pertempuran yang menyebabkan kebesaran kepala itu di mana dia menandakan dirinya dengan keberanian untuk mendapatkan penghargaan dan persetujuan majikannya, lebih khusus pada Pertempuran Bhondagon dekat Agra pada tahun 1787 [...]"
Pada tahun 1798 dalam sejarah India, beberapa tahun setelah kaisar dinasti Scindia menjadi kaisar, Hessing memiliki pangkat kolonel.
Dari sini, ia bertugas memimpin pasukan yang terdiri dari empat batalion. Hanya saja, usianya semakin tua, sehingga sering sakit-sakitan pada tahun 1800.
Pekerjaan John Hessing pun digantikan oleh anaknya, George Hessing. George memecah batalyon menjadi delapan bagian. Gunanya untuk mengawal kaisar dinasti Scindia ke Malwa untuk mleindungi Ujjain (600 kilometer dari Agra) dari ancaman serangan Holkar, kepala klan Kekaisaran Maratha yang memberontak.