Taj Mahal Merah, Lambang Cinta Istri untuk Suami di Sejarah India

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 20 Juni 2023 | 13:00 WIB
Taj Merah atau Taj Mahal Merah dibangun sebagai ungkapan rasa cinta seorang istri kepada suami yang gugur membela Kekaisaran Maratha di India. (DeepanjanGhosh/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Bagi wisatawan, berkunjung ke India tidak lengkap jika belum mengunjungi Taj Mahal.

Bangunan warna putih bernuansa India periode sejarah Kekaisaran Mughal ini adalah wujud cinta Kaisar Shah Jahan kepada istrinya, Mumtaz Mahal yang rampung pada 1648.

Ada pula versi lain dari Taj Mahal, yakni Taj Merah atau juga biasa disebut sebagai Taj Mahal Merah.

Bangunan ini justru kebalikan dari Taj Mahal, sebagai wujud rasa cinta sang istri kepada suaminya. Uniknya lagi, Taj Mahal Merah ini dibangun sebagai makam pria asal Belanda, John Hessing.

Taj Mahal Merah berada di Agra—kota di mana Taj Mahal berada. Dalam sejarah India, tepatnya pada akhir periode Kekaisaran Maratha (1674–1818), John Hessing memimpin 3.000—4.000 pasukan untuk melawan Nizam dari Hyderabad dalam Pertempuran Kharda pada 1795.

Hanya ada sedikit yang diketahui tentang Hessing. Yang diketahui adalah dia merupakan seorang musafir berasal dari Belanda yang lahir pada tahun 1739.

Pada 1764, dia datang ke India sebagai pelayan para pangeran. Kemudian dia melayani kaisar dinasti Scindia, seorang prajurit Kekaisaran Maratha yang kemudain menjadi kaisar.

Hal itu terdokumentasikan dalam prasasti di Taj Mahal Merah:

"Pada tahun 1784, dia (John Hessing) masuk sebagai pelayan Madho Rao Sindhia (Mahadji Scindia) dan terlibat dalam beberapa pertempuran yang menyebabkan kebesaran kepala itu di mana dia menandakan dirinya dengan keberanian untuk mendapatkan penghargaan dan persetujuan majikannya, lebih khusus pada Pertempuran Bhondagon dekat Agra pada tahun 1787 [...]"

Pada tahun 1798 dalam sejarah India, beberapa tahun setelah kaisar dinasti Scindia menjadi kaisar, Hessing memiliki pangkat kolonel.

Dari sini, ia bertugas memimpin pasukan yang terdiri dari empat batalion. Hanya saja, usianya semakin tua, sehingga sering sakit-sakitan pada tahun 1800.

Pekerjaan John Hessing pun digantikan oleh anaknya, George Hessing. George memecah batalyon menjadi delapan bagian. Gunanya untuk mengawal kaisar dinasti Scindia ke Malwa untuk mleindungi Ujjain (600 kilometer dari Agra) dari ancaman serangan Holkar, kepala klan Kekaisaran Maratha yang memberontak.

Di tengah pensiunnya, John Hessing bertugas sebagai Komandan Benteng Agra selama sisa-sisa hidupnya.

Masalahnya, dalam sejarah India, Kekaisaran Maratha punya masalah dengan Inggris dalam rangkaian Perang Anglo-Maratha (1775-1843). Sampai akhirnya, Angkatan Darat Inggris menginvasi benteng tersebut pada tahun 1803.

Pertempuran itu pecah karena Kekaisaran Maratha di India menekankan adaptasi dalam industri persenjataannya.

Adaptasi yang mereka lakukan cenderung canggih dengan melibatkan produsen lokal di India.

Belum lagi, Kekaisaran Maratha lebih terbuka oleh kehadiran bangsa-bangsa lain dibandingkan kekaisaran lain dalam sejarah India, termasuk seperti John Hessing—yang merupakan musafir Belanda—menjadi pelayan kaisarnya.

Kekaisaran Maratha di bawah dinasti Scindia memiliki tentara bayaran yang berasal dari berbagai bangsa.

Selain John Hessing dari Belanda, ada Jacob dari Armenia, Smith bersaudara dari Inggris, dan sebagainya.

Di luar itu, keterbukaan inilah yang membuat perkembangan industri persenjataan dalam sejarah India pada masa Kekaisaran Maratha terjadi.

Kekaisaran Maratha juga membentuk pasukan terbaik di India pada masanya, terdiri dari 27.000 orang yang disebut sebagai 'Deccan Invincibles'. Pasukan jenis ini menggunakan pasokan senjata Kekaisaran Maratha yang ada di Agra.

Langkah yang diambil oleh Kekaisaran Maratha pada masa ini mengancam Perusahaan India Timur Inggris (EIC). Inggris pun sering berkonflik dengan Kekaisaran Maratha.

Pada beberapa pertempuran, Inggris hampir kalah karena persenjataan Kekaisaran Maratha nyaris mengungguli miliknya.

Kembali lagi pada kondisi Benteng Agra, George Hessing menyadari posisi ayahnya terancam oleh serdadu Inggris. Dia sempat mengerahkan empat batalyon pasukannya ke Agra, tepat sebelum Pertempuran Ujjain yang penting dalam sejarah India.

Singkatnya, John Hessing terbunuh di medan perang saat mencoba mempertahankan benteng itu pada tanggal 21 Juli di umur 63 tahun.

Mendapat kabar kematian suaminya terbunuh, Anne Hessing meratap dan kemudian mendirikan mausoleum indah di Agra.

Sebagai bukti rasa cinta, mausoleum itu dibentuk seperti Taj Mahal. Material dasarnya batu pasir merah yang harganya sangat mahal dalam sejarah India—hingga sekitar jutaan rupee.

Pengerjaannya dilakukan dalam satu tahun setelah kematian John Hessing. Hingga hari ini, mausoleum itu dikenal sebagai Taj Mahal Merah, tetapi oleh penduduk setempat disebut sebagai 'John Shahab Ka Rauza'.

Ukurannya lebih kecil dibanding Taj Mahal yang dibuat oleh Kaisar Mughal Shah Jahan. Selain itu, Taj Mahal Merah juga didirikan di dalam pemakaman Katolik Roma bernama Padretola (Padresanto) yang merupakan tertua di India Utara.