Memetik Sisasat Kesehatan Alami Orangutan untuk Obat dan Konservasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 21 Juni 2023 | 08:00 WIB
Tergiur oleh buah ara-akar, orangutan kalimantan memanjat pohon setinggi 30 meter. Makanan mereka menawarkan pengetahuan di bidang farmasi untuk kesehatan manusia, sehingga penting untuk konservasi orangutan dan hutan. (Yunaidi Joepoet)

"Sekarang trennya yang lebih populer back to nature, sebagai pemanfaatan perkembangan bahan herbal, terus meningkat di seluruh dunia," tuturnya di forum yang sama.

Minat masyarakat untuk mencoba berbagai farmasi alami sangat terlihat ketika pandemi COVID-19. Sebelum penawar dan vaksinnya ada, masyarakat berlomba-lomba menemukan tanaman penawar penyakit tersebut, walau beberapa di antaranya adalah hoaks dan misinformasi.

Sayangnya, minat untuk pengembangan tanaman herbal dalam konsep farmasi hijau masih kurang di Indonesia. Raymond R. Tjandrawinata, Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Dexa Medica, mengatakan, padahal farmasi hijau (green pharmacy) menawarkan manfaat bagi keberlangsungan ekosistem dan kesehatan.

"Tumbuhan Indonesia berkhasiat hanya jarang dan belum dimanfaatkan. Tidak hanya menyehatkan tapi juga mengobati," ungkap Raymond. "Pemanfaatannya bisa lebih dalam dengan meneliti sampai urutan DNA-nya untuk pengobatan."

Melalui diskusi ini, Raymond, Irawan, dan Soepomo, berharap ada dukungan segala pihak dalam pengembangan obat-obatan herbal, berbasis tumbuhan asli Indonesia. 

"Obat agak banyak jalan [agar bisa disetujui] di BPOM. Tanpa data memadai, dan mereka punya standar beda-beda," lanjut Raymond. Padahal, hasil riset dari berbagai bidang kesehatan dan kehutanan terkait obat-obatan dari tumbuhan asli Indonesia sudah membuktikan kemujarabannya.

"PR-nya memastikan Kemenekes dan tenaga kesehatan yakin akan green pharmacy [asli Indonesia] yang [selama ini] selalu diimpor," tuturnya. "Biodiversitas tumbuhan kita sangat kaya."

Raymond melanjutkan, farmasi hijau  juga merupakan bagian dari keberlanjutan ekologi. Selama ini zat kimia farmasi untuk obat-obatan sintetis kerap terbuang dan menimbulkan limbah. Contoh kasusnya, Teluk Jakarta tercemar kandungan parasetamol yang berdampak kelangsungan hidup bawah laut.

Teluk Jakarta terpapar parasetamol. Zat kimia dari obat pereda demam ini bisa berdampak buruk bagi biota laut. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan untuk mengoptimalkan obat-obatan herbal yang tidak menghasilkan limbah. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Keunggulan lainnya dengan tanaman herbal dalam konsep farmasi hijau, membantu perekonomian masyarakat pertanian. Mereka menjadi pemasok bahan baku yang nantinya diubah menjadi obat-obatan.

"Sementara green pharmacy fitofarma, menggunakan bahan-bahan dari alam untuk alam. Jadi, tidak hanya menyejahterakan pasien, tapi juga petani," lanjut Raymond.

Obat herbal dan konservasi hutan