Romansa Sejarah: Jatuh Cinta pada Pria Tionghoa dari Hindia Belanda

By Galih Pranata, Sabtu, 24 Juni 2023 | 11:00 WIB
Kisah percintaan Hiang dengan Fernanda adalah bagian dari romansa sejarah yang jarang terjadi, di mana seorang wanita Belanda jatuh hati pada Tionghoa dari Sukabumi, Jawa Barat, Hindia Belanda. (Historiek)

Menurut sang profesor, dia dalam kondisi yang cukup stres dan mengalami tekanan berat serta kelelahan. Ia membutuhkan "keluarga untuk membuat hidupnya lebih tertata dan mengalihkan pikirannya dari kepenatan studi, serta adaptasinya di Belanda," imbuhnya.

Bagi Barend, permintaan Duyvendak adalah tawaran yang bagus karena ia akan menerima kompensasi selama mengurus hidup Hiang. Namun, tidak bagi Fernanda. Baginya, hubungannya dengan Barend sudah cukup buruk, ditambah lagi harus mengurusi orang asing yang tak jelas rimbanya.

Fernanda memandang bahwa kebanyakan Tionghoa di Belanda memiliki reputasi yang buruk. Secara rasisme, orang-orang Tionghoa dijuluki oleh orang-orang Belanda dengan sebutan 'hama' atau bahkan 'bahaya kuning'.

Orang Tionghoa akan merasakan diskriminasi yang luar biasa, mereka dilarang keras untuk menikah dengan orang Belanda. Ini menjadi kebijakan pemerintah, demi mencegah terjadinya percampuran ras.

Tak cuma itu, kerap kali geng Tionghoa di Belanda menciptakan keonaran. Mereka dikenal kerap memperdagangkan senjata dan opium secara ilegal. Barangkali ini yang ditakuti Fernanda.

Meski sempat berselisih, Barend tetap membutuhkan uang untuk kehidupan keluarganya, membuatnya mempersilakan Hiang tinggal satu atap dengan anak dan istrinya. Siswa Tionghoa dari Hindia Belanda itu datang ke kediaman Barend tepat saat Fernanda berulang tahun.

Hiang memberikan ucapan kartu pos "selamat ulang tahun" serta permohonan agar Fernanda menerimanya untuk tinggal bersama keluarganya. Tak disangka, anak-anak Fernanda dan Barend menerima dengan hangat kehadiran Hiang di tengah-tengah mereka.

Hiang terkesan dengan kedua anak Fernanda, bernama Hensy dan Enny. Mereka memanggilnya 'Paman Hiang' dan terkadang hanya Thung. Mereka dengan cepat menjadi akrab dengannya.

Mau tak mau, demi menuruti permintaan suaminya, Fernanda mengurusi hajat hidup Hiang. "Dia mengasuhnya, seperti dia mengasuh anak-anaknya sendiri, atau seperti ia mengasuh suaminya sendiri," terang Lidy dalam tulisannya. 

Potret Fernanda bersama anak-anaknya Hensy dan Enny, dari pernikahannya dengan Barend Ter Haar, di Noordwijk pada tahun 1921. (Een onverschrokken leven)

Fernanda mencucikan pakaiannya dan mengganti tempat tidurnya. Romansa sejarah mencatat bahwa usia Fernanda terpaut empat tahun lebih tua dari usia Hiang.

Suatu malam, ketika anak-anak sudah tidur dan Barend masih sibuk dengan urusan gereja, Hiang bergabung dengan Fernanda di meja di ruang tamu tempat dia duduk, terlihat tengah merapikan barang-barang.