Kapan Umat Manusia Pertama Kali Menyadari Ancaman Perubahan Iklim?

By Ricky Jenihansen, Jumat, 23 Juni 2023 | 09:00 WIB
99% makalah ilmiah setuju bahwa manusia adalah penyebab perubahan iklim. (Carlyn Iverson)

Tidak sampai beberapa milenium kemudian, pada tahun 1896, ilmuwan Swedia Svante Arrhenius (1859-1927) menjadi orang pertama yang membayangkan bahwa umat manusia dapat mengubah iklim dalam skala global, menurut Weart.

Saat itulah Arrhenius menerbitkan perhitungan di The London, Edinburgh, and Dublin Philosophical Magazine and Journal of Science yang menunjukkan bahwa menambahkan karbon dioksida ke atmosfer dapat menghangatkan planet ini.

Karya ini didasarkan pada penelitian ilmuwan abad ke-19 lainnya, seperti Joseph Fourier (1768-1830), yang berhipotesis bahwa Bumi akan jauh lebih dingin tanpa atmosfer.

Sementara itu John Tyndall (1820-1893) dan Eunice Newton Foote (1819- 1888), yang secara terpisah mendemonstrasikan bahwa karbon dioksida dan uap air memerangkap panas.

Mereka kemudian menyatakan bahwa atmosfer dapat melakukan hal yang sama, menurut JSTOR Daily.

Prediksi perubahan iklim Arrhenius sebagian besar tepat. Aktivitas manusia melepaskan karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya yang memerangkap radiasi dari matahari.

Itu semua kemudian menahannya di atmosfer untuk meningkatkan suhu seperti rumah kaca yang memanas, sehingga disebut "efek rumah kaca".

Namun, karya Arrhenius tidak dibaca atau diterima secara luas pada saat itu, bahkan tidak dimaksudkan sebagai peringatan bagi umat manusia. Karya Arrhenius saat itu benar-benar diabaikan sebagai suatu masalah.

Pada saat itu, karyanya hanya mengenali kemungkinan manusia memengaruhi iklim global dan untuk waktu yang lama, orang memandang pemanasan sebagai manfaat, menurut Weart.

Ada beberapa liputan tentang bahan bakar fosil yang memengaruhi iklim di media umum, menurut artikel tahun 1912 yang sekarang menjadi viral yang pertama kali diterbitkan di majalah Popular Mechanics.

Artikel tersebut, yang dimuat di beberapa surat kabar di Selandia Baru dan Australia akhir tahun itu, mengakui bahwa pembakaran batu bara dan pelepasan karbon dioksida dapat meningkatkan suhu bumi.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa "dampaknya mungkin cukup besar dalam beberapa abad."