Meski Mengancam Kehidupan, Perubahan Iklim Tidak Membuat Manusia Punah

By Ricky Jenihansen, Senin, 26 Juni 2023 | 08:00 WIB
Perubahan lingkungan menyebabkan kepunahan massal jutaan tahun lebih cepat. (NHM)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan di seluruh dunia mungkin sepakat bahwa perubahan iklim telah mengancam kehidupan kita semua.

Perubahan iklim telah menjadi isu global dan menjadi masalah bersama.

Tapi jika kondisi semakin buruk, kabar baiknya, tidak akan membuat manusia punah. Tapi jika perubahan iklim semakin parah, maka dapat mengarah pada masa depan yang menyerupai beberapa film distopia Hollywood.

Para ilmuwan telah memperkirakan berbagai skenario yang menghancurkan jika perubahan iklim tidak dikendalikan. Mereka memperingatkan, bahwa mengabaikan perubahan iklim akan menghasilkan "penderitaan yang tak terkira" bagi umat manusia.

Tetapi jika kita hanya mempertimbangkan dampak langsungnya, itu tidak mungkin menyebabkan kepunahan massal pada manusia.

Meski memang kondisi terburuk dapat mengancam kehidupan dan menyebabkan keruntuhan sosial yang parah di seluruh dunia.

"Tidak ada bukti skenario perubahan iklim yang akan membuat manusia punah," kata Michael Mann, profesor ilmu atmosfer terkemuka di Penn State dan penulis "The New Climate War: The Fight to Take Back Our Planet" (PublicAffairs, 2021), kepada Live Science.

Namun, menurut temuan penelitian, ada kemungkinan bahwa perubahan iklim masih akan mengancam kehidupan ratusan juta orang, seperti dengan menyebabkan kelangkaan pangan dan air, yang berpotensi memicu keruntuhan masyarakat dan memicu konflik global.

Terlalu panas untuk ditanganiManusia meningkatkan jumlah gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana, di atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas lainnya.

Gas-gas ini menjebak dan menahan panas dari matahari, menyebabkan suhu global meningkat dan iklim berubah jauh lebih cepat daripada yang seharusnya, menempatkan umat manusia di jalur yang berbahaya.

Efek rumah kaca yang tak terkendali mungkin satu-satunya cara dampak perubahan iklim dapat secara langsung menyebabkan kepunahan manusia, menurut Luke Kemp, rekan peneliti di Pusat Studi Risiko Eksistensial di University of Cambridge di Inggris.

Efek ini terjadi ketika sebuah planet terjebak dalam lingkaran umpan balik positif yang tak terhentikan dari pemanasan.

Planet kemudian menyerap lebih banyak panas daripada yang hilang, hingga lautan planet tersebut menguap dan tidak dapat lagi menopang kehidupan.

Untungnya, efek rumah kaca yang tak terkendali bukanlah skenario perubahan iklim yang masuk akal di Bumi.

 Menurut Brian Kahn, seorang ilmuwan peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA, Agar efeknya terjadi, sebuah planet membutuhkan tingkat karbon dioksida beberapa ribu bagian per juta.

Sementara bumi memiliki sedikit lebih dari 400 bagian per juta atau pelepasan metana yang sangat besar, dan tidak ada bukti untuk itu saat ini.

Venus memiliki efek rumah kaca yang tak terkendali, tetapi jauh lebih dekat ke matahari. Venus memiliki atmosfer kaya karbon dioksida yang jauh lebih tebal yang memerangkap lebih banyak panas daripada Bumi.

Ilmu pengetahuan tidak mendukung gagasan skenario pemanasan yang tak terkendali, meskipun para ahli konspirasi iklim sering membuat klaim seperti itu, kata Mann.

"Tidak ada alasan untuk membesar-besarkan ancaman iklim. Kebenarannya cukup buruk, dan cukup alasan untuk mengambil tindakan dramatis."

Menurut Mann, peningkatan suhu global sebesar 5,4 derajat Fahrenheit (3 derajat Celcius) atau lebih dapat menyebabkan runtuhnya infrastruktur sosial kita.

Kondisi itu dapat menyebabkan kerusuhan serta konflik besar-besaran, yang, pada gilirannya, jika perubahan iklim semakin parah, maka dapat mengarah pada masa depan yang menyerupai beberapa film distopia Hollywood.

Salah satu cara perubahan iklim dapat memicu keruntuhan masyarakat adalah dengan menciptakan kerawanan pangan.

Pemanasan planet memiliki berbagai dampak negatif pada produksi pangan, termasuk meningkatkan defisit air dan dengan demikian mengurangi hasil panen.

Kehilangan produksi pangan dapat meningkatkan kematian manusia dan mendorong kerugian ekonomi dan ketidakstabilan sosial-politik.

Dengan demikian dapat memicu kehancuran institusi kita dan meningkatkan risiko keruntuhan masyarakat.

Kepunahan dan keruntuhan masa lalu

Kemp mempelajari keruntuhan peradaban sebelumnya dan risiko perubahan iklim. Kepunahan dan bencana hampir selalu melibatkan banyak faktor, katanya, tetapi menurutnya jika manusia punah, perubahan iklim kemungkinan akan menjadi penyebab utama.

"Jika boleh saya katakan, menurut saya apa yang menjadi penyumbang terbesar bagi potensi kepunahan manusia di masa depan? Kemudian perubahan iklim, tidak diragukan lagi," Kemp menambahkan.

Semua peristiwa kepunahan massal besar dalam sejarah Bumi telah melibatkan semacam perubahan iklim, menurut Kemp.

Peristiwa ini termasuk pendinginan selama kepunahan Ordovisium-Silur sekitar 440 juta tahun lalu yang memusnahkan 85% spesies, dan pemanasan selama kepunahan Triassic-Jurassic sekitar 200 juta tahun lalu yang membunuh 80% spesies.

Kemudian baru-baru ini, perubahan iklim juga memengaruhi nasib kerabat manusia purba. Sementara Homo sapiens jelas tidak punah. "Kami memiliki rekam jejak spesies hominid lain yang punah, seperti Neanderthal," kata Kemp. "Dan dalam setiap kasus ini, tampaknya sekali lagi, perubahan iklim memainkan semacam peran."