Ketika Ronin Dianggap Menghancurkan Tradisi Kekaisaran Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 25 Juni 2023 | 14:00 WIB
Ronin adalah samurai yang tak bertuan di Kekaisaran Jepang. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id – Samurai dalam Kekaisaran Jepang tidak dapat secara akurat menggambarkan semua kelas prajurit selama periode feodal Jepang. Kadang-kadang, seorang samurai menemukan dirinya tanpa tuan karena kematian atau pengkhianatan. Samurai tak bertuan ini lah yang dikenal sebagai ronin.

Ronin dibuang untuk berkeliaran di negara itu. Sering kali, mereka kehilangan posisi dalam masyarakat dengan menolak untuk menghormati tradisi yang dipatuhi setelah kekalahan tuan mereka.

Kisah ronin Kekaisaran Jepang adalah salah satu daya tarik, pemberontakan, dan tragedi. Meskipun tidak dianggap sebagai samurai tradisional, mereka membantu membentuk budaya dan tradisi Jepang.

Istilah ronin berasal dari aksara Jepang yang berarti manusia mengambang. Hal ini juga dapat diterjemahkan menjadi "manusia pengembara", "pengembara", atau "manusia gelombang".

Makna dari istilah tersebut adalah ronin dianggap tidak memiliki arah, seperti gelombang lautan. Ungkapan ronin pertama kali muncul pada periode Nara (710–794) dan Hein (794–1185). Istilah itu menggambarkan budak yang memberontak melawan tuannya dan lari dari pelayanan.

Baru pada periode Kamakura (1185–1333) istilah tersebut mulai dikenal di seluruh Jepang. Kemudian digunakan untuk menggambarkan samurai yang menentang tradisi Jepang dan dipaksa untuk mengembara dari satu tempat ke tempat lain.

Samurai dan penguasa feodal lainnya memberlakukan status ronin untuk mendiskriminasi prajurit yang memberontak. Hal ini menjadi cara untuk mencegah pembangkangan.

Kata ronin juga digunakan secara bergantian dengan istilah lain seperti "pedang sewaan" atau "tentara bayaran" dalam Kekaisaran Jepang.

Banyak ronin yang menjadi bandit atau mempekerjakan diri mereka sendiri sebagai pengawal. Yang lainnya menjadi perompak atau pembunuh yang melawan hukum.

Ronin Tidak Lagi Dianggap Samurai

Keshogunan menciptakan tatanan sosial yang ketat yang menempatkan samurai sebagai anggota kunci hierarki militer. Samurai melayani tuannya, daimyo. Daimyo melayani shogun, dan shogun melayani kaisar (atau raja).

Ronin tidak memiliki master dan tidak lagi menjadi bagian dari hierarki elite ini. Kelas samurai memandang rendah para ronin, yang tidak ingin berurusan dengan mereka.