Mengulik Peluang Investasi Lestari melalui Inovasi Berbasis Alam

By Yussy Maulia, Minggu, 25 Juni 2023 | 15:36 WIB
Forum Investasi dan Bisnis Berbasis Alam berlangsung di Bukit Indah Doda, Desa Doda, Kecamatan Marawola Barat, Jumat (23/6/2023). (Dok. Joshua Marunduh)

“Sebagai bisnis baru, RMU masih terus memperkenalkan diri ke publik. Namun, masa depan bisnis ini mempunyai prospek yang baik. Mengingat narasi global saat setelah climate change adalah kembali ke nature basic,” kata Rezal.   

Kini, RMU masih terus mencoba melakukan konsolidasi pengetahuan mereka dengan memproduksi buku untuk disebarkan agar publik familiar dengan bisnis ini. Perusahaan itu diproyeksikan untuk menjaga hutan.

Karena itu, walau terbilang baru dan pernah mengalami masa paceklik, RMU berusaaha tetap eksis. Karena niat awalnya selain profit adalah untuk menjaga kehidupan. 

“Prospek bisnis ini sangat visible karena semua komponen modalnya sudah tersedia. Ada modal budaya, modal sosial, ada modal alam dan kebijakannya. Terakhir adalah uangnya. Indonesia belum punya aturan soal model bisnis ini,” kata Rezal.  

Baca Juga: Harum dan Gurihnya Bawang Garing Sigi, Komoditas Khas yang Belum Banyak Dikenal

Pentingnya menggodok regulasi

Meski punya prospek dan potensi yang besar, pemerintah Indonesia perlu menyusun dan membenahi regulasi lebih lanjut terkait carbon trading.

Hal ini diakui oleh Direktur Promosi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik Kementerian Investasi/BKPM Saribua Siahaan yang ditemui sehari sebelum forum berlangsung.

Menurut Saribua, Indonesia belum masuk dalam lingkaran  bisnis perdagangan karbon karena aturannya masih harus digodok di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas).

Masih terkait pembangunan lestari, Leonard Theosabrata dari Smesco memberi dukungan penuh terhadap konsep pembangunan berbasis alam. Ia akan mempromosikan Cagar Biosfer Lore Lindu, mengingat ada hewan dan tumbuhan endemik yang harus dijaga sana.

Baca Juga: Solusi Limbah Tekstil: Pakaian Adat Kulawi Mataue dari Kulit Beringin

Ia juga berharap, Cagar Biosfer Lore Lindu dapat menumbuhkan komoditas yang bisa diolah menjadi berbagai produk, mulai dari bumbu rempah hingga kosmetik.

Leonard pun mengatakan, Smesco baru saja melakukan kerja sama dengan perusahaan farmasi untuk membuat pengolahan bahan-bahan alami.

''Ini yang kita inginkan. Tidak perlu diolah dengan teknologi canggih, asalkan memenuhi standar mutu dunia,'' jelasnya.

Mengakhiri diskusi itu, Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapata, memberi jaminan serta komitmen untuk mendukung setiap usaha lestrai yang berlangsung di Kabupaten Sigi.

“Daya dukung alam dengan tersedianya komoditas nonkayu yang banyak tersedia membuat bisnis berbasis alam terjmain keberlangsungannya di Sigi. Kemudian, dukungan lainnya adalah kebijakan yang ramah investasi terhadap pelaku usaha. Pembangunan lestari bahkan sudah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Sigi,” katanya.

Dalam tataran aksi, menurut Irwan, Perda Sigi Hijau kemudian diterjemahkan dalam bentuk pemilahan wilayah komoditas. Misalnya, kawasan Kulawi Raya untuk perkebunan.

“Pemerintah memberikan 20.000 pohon durian musangking kepada warga di kawasan itu. Proyeksinya pada beberapa tahun kedepan Sigi menjadi pemasok utama kebutuhan buah tropis seperti durian, manggis bali, dan alpukat, ke Ibukota Nusantara,'' paparnya.

(Kontributor Foto: Joshua Marunduh/Teks: Yardin Hasan)