Saat armada Mongol tetap terdampar di Teluk Hakata, para samurai melakukan serangan malam di kapal mereka. “Serangan samurai memaksa prajurit Mongol untuk bertempur dari jarak dekat,” tambah Adan.
Tentara Mongol tidak dapat membawa busur dan anak panah mereka dengan cukup cepat untuk menghentikan serangan samurai. Dengan keahlian para samurai dalam pertarungan jarak dekat, banyak tentara Mongol yang dibantai.
Bertarung dari jarak dekat juga memberi keuntungan bagi samurai selama pertempuran lapangan. Ada laporan bahwa beberapa kepala musuh berhasil ditebas.
Kamikaze menyelesaikan perjuangan para samurai
Tapi mungkin kehancuran terbesar Kubilai Khan adalah pengiriman kapal berkualitas buruk, terutama dalam upaya invasi kedua. Selama perencanaan invasi kedua, Khan bergegas membangun kembali armada.
Karena terbutu-buru, Mongol membuat kapal yang tidak berkualitas, beberapa bahkan tidak layak untuk menghadapi cuaca buruk.
Dan ketika invasi kedua dimulai, pasukan Mongol yang menyerang akhirnya menemui jalan buntu. Mereka gagal memperoleh keuntungan yang signifikan di darat, berkat perlawanan sengit dari para pembela samurai.
Bala bantuan untuk pasukan Mongol kemudian datang, berupa dua armada 4000 kapal seperti yang diperkirakan oleh pasukan Jepang. Namun prahara melanda Selat Tsushima, muncul Kamikaze diyakini sebagai badai yang disulap oleh para dewa.
Konstruksi kapal yang buruk membuat mereka tidak dapat bertahan dari gangguan cuaca yang datang dan armadanya hancur.
Pasukan Mongol terjebak dalam kebuntuan, badai Kamikaze menjadi pukulan telak bagi musuh yang sekarat, kata sejarawan T. Conlan.
Di invasi pertama, catatan menunjukkan bahwa angin pertama melanda saat penyerbu mundur. Angin itu bak dikirim oleh dewa.
Karena kekalahan di Torikai-Gata dan gangguan terus-menerus yang dilakukan oleh pasukan samurai, komandan Korea Hong Dagu muak dan memutuskan untuk mundur ke Korea.
Dalam perjalanan itu, mereka dilanda badai dengan sebagian besar kapal menjadi puing-puing.
Kekalahan Mongol dalam upaya invasi mereka bukan karena keberuntungan atau cuaca buruk. Angin dongeng itu menghancurkan dengan sendirinya tetapi bukan keuntungan taktis. Pasukan terdiri dari prajurit tawanan dan kavaleri pun terbatas.
Dengan semua kelemahan itu, Mongol menghadapi pembela yang sengit yang membuat mereka menemui jalan buntu. Itulah alasan mengapa Kekaisaran Mongol tidak pernah bernasib baik dalam upaya menginvasi Kekaisaran Jepang.