Dunia Hewan: Paradoks Koala yang Terancam Punah Tapi Jumlahnya Banyak

By Ricky Jenihansen, Senin, 3 Juli 2023 | 08:00 WIB
Koala menjadi simbol dalam dunia hewan untuk ancaman kepunahan, tapi di Australia Selatan, koala sangat banyak dan mengacau. (John Crux Photography)

Nationalgeographic.co.id—Dalam dunia hewan, koala adalah simbol untuk kepunahan yang akan segera terjadi. Koala terancam oleh penggundulan hutan, perubahan iklim dan kebakaran hutan. Tapi ternyata ada paradoks koala, mereka ternyata terancam punah sekaligus banyak.

Bahkan, koala dianggap menimbulkan masalah karena terlalu banyak, dan itu terjadi di Australia Selatan. Jadi bagaimana koala dapat secara bersamaan dinyatakan terancam punah di beberapa daerah, tetapi justru terlalu banyak di tempat lain?

Terlepas dari faktor kompleks yang memengaruhi populasi koala, penyebab utama kedua masalah tersebut mungkin sama—hilangnya habitat dan fragmentasi. Kata yang tepat dari kondisi itu mungkin, koala butuh manajemen populasi.

Koala adalah hewan asli—dan sepenuhnya bergantung pada—hutan eukaliptus Australia yang membentang di pesisir timur Australia. Wilayah tersebut merupakan hutan tropis dari utara ke bawah dan di sekitar ujung pantai tenggara negara bagian bawah.

Kelangkaan relatif seperti ini di dunia hewan tampaknya bukan fenomena baru. Dibandingkan dengan kanguru atau possum, tulang koala langka dalam catatan fosil dan lebih jarang ditampilkan dalam seni cadas atau artefak Pribumi pra-kolonial.

Meskipun demikian, pemukiman Eropa di Australia dari tahun 1788 tentu berdampak besar pada populasi koala.

Rezim kebakaran yang berubah, deforestasi skala luas dan pembukaan lahan, perdagangan bulu internasional serta pengenalan bentuk baru klamidia pada ternak, semuanya berdampak signifikan pada populasi koala.

Kebakaran hutan besar-besaran pada tahun 1850-an hingga tahun 1930-an mengancam dunia hewan, membuat koala dinyatakan punah di negara bagian selatan Australia Selatan, New South Wales, dan Victoria.

Populasi yang tersisa bertahan di sana-sini dan penduduk setempat sangat khawatir akan kelangsungan hidup mereka. Sehingga pada tahun 1890-an beberapa koala diangkut ke Prancis dan Kepulauan Phillip dekat Melbourne.

Megafauna Australia mulai menghilang sekitar 100.000 tahun yang lalu. (Arthur Dorety)

Kondisi koala tidak jauh lebih baik lebih jauh ke utara di Queensland. Perburuan mereka untuk bulu secara resmi disetujui hingga tahun 1927, dengan jutaan kulit yang diekspor ke pasar bulu di AS dan Inggris.

Meskipun ada kampanye yang berkembang untuk melarang perburuan, ekspor bulu koala tidak benar-benar berakhir sampai banding dibuat AS. Presiden Herbert Hoover, yang melarang impor mereka pada tahun 1930.