Dengan menyerang Uni Soviet terlebih dahulu, memberi waktu bagi Inggris untuk bisa memobilisasi sumber daya ekonominya dan meminta bantuan Amerika Serikat. Kelak, AS akan terlibat langsung ketika Nazi Jerman menyatakan perang terhadapnya.
Selain itu, seandainya menyerang Uni Soviet ditunda, Nazi Jerman bisa mendapatkan pertolongan dengan lebih mudah menjatuhkan London. PDB Uni Soviet sendiri sekitar 359 dolar AS, yang seharusnya bisa berguna untuk membantu Nazi Jerman melawan Sekutu. PDB Uni Soviet sendiri jauh lebih tinggi daripada Kekaisaran Jepang yang beda tujuh peringkat.
Perang dengan Uni Soviet membuat kerugian bagi Nazi Jerman. Setidaknya ada lebih dari 750.000 serdadu Jerman menjadi korban dalam Operasi Barbarossa yang sebenarnya dibutuhkan untuk melawan Inggris.
Ketimbang berkawan dengan Uni Soviet, Nazi Jerman justru menyetujui kesepakatan dengan Kekaisaran Jepang yang jauh secara lokasi geopolitik, dalam sejarah Perang Dunia II. Kesepakatan itu adalah Pakta Anti-Komintern yang mendapat dukungan antusias dari Hitler untuk mengguncangkan Uni Soviet.
Andaikan saja Nazi Jerman tidak mengkhianati Pakta Jerman-Soviet, mungkin bisa membiarkan musuh-musuhnya saling berperang. Misalnya, karena Uni Soviet berpaham komunis dan terlibat dalam perebutan Polandia dengan Sekutu, kedua belah pihak bisa saling berperang sehingga memudahkan Nazi Jerman.
Pada akhirnya dalam sejarah Perang Dunia II, Nazi Jerman tergencet di barat dan timur. Pada tahun 1944, Inggris bangkit setelah mengumpulkan semua sumber dayanya yang tersebar di seluruh dunia.
Celakanya, Nazi Jerman bertekuk lutut di mantan kawannya sendiri, Uni Soviet, pada April 1945. Cita-cita Hitler yang ingin menguasai Moskow, justru kandas dengan Berlin yang diwarnai bendera merah Soviet. Sementara itu, Kekaisaran Jepang kehilangan kuasanya di Tiongkok karena kuatnya pengaruh Uni Soviet. Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril pun menjadi kawasan Uni Soviet.