Strategi Konyol Sejarah Perang Dunia II: Mengkhianati Uni Soviet

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 5 Juli 2023 | 13:04 WIB
Serdadu Nazi Jerman dalam suatu pertempuran melawan Uni Soviet dalam kancah sejarah Perang Dunia II. Seharusnya, Uni Soviet bisa menjadi kawan bagi Nazi Jerman melawan Sekutu. (National Archives and Records Administration)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah Perang Dunia II tidak hanya dipenuhi dengan operasi dan pertempuran konyol di lapangan. Babak berdarah dalam peradaban umat manusia itu juga melibatkan strategi politik yang juga tidak kalah konyol.

Sebelumnya, Kekaisaran Jepang dan Nazi Jerman pada Desember 1941, membuat AS sebagai musuh mereka. Kekaisaran Jepang, menyerang Pearl Harbor, dan tidak memanfaatkan kemenangannya, sehingga AS kelak menjadi ancaman. Sementara Nazi Jerman, mendeklarasikan perang, tetapi tidak memiliki perekonomian yang mampu menandingi AS untuk diperangi.

Kali ini, Blok Poros punya musuh yang sama lainnya, Uni Soviet. Sebuah negara berpaham komunisme yang sebenarnya merupakan rival dari negara-negara Barat yang berpaham kapitalisme. 

Uni Soviet sudah sejak lama menjadi musuh Kekaisaran Jepang. Permusuhan ini diwariskan sejak negeri itu masih menjadi Kekaisaran Rusia.

Sejak abad ke-19 akhir, Kekaisaran Jepang muncul sebagai kekuatan militer baru dengan peralatan teknologi dan industri ekonomi yang pesat. Mereka mencoba memperluas pengaruhnya, termasuk ke Korea, Tiongkok, dan kepulauan timur Rusia.

Kekaisaran Jepang dan Kekaisaran Rusia pun berperang pada tahun 1904. Perang ini berhasil dimenangkan oleh Kekaisaran Jepang, terutama setelah Pertempuran Tsushima tahun 1905. Kemenangan ini menguatkan ideologi Kekaisaran Jepang bahwa bangsa Asia bisa mengalahkan Eropa, dan harus membebaskan negeri-negeri Asia lainnya yang dijajah bangsa Eropa.

Di satu sisi, menjelang Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia berubah menjadi Uni Soviet setelah revolusi. Paham komunisme yang dibawa untuk menggulingkan monarki. Kekaisaran Jepang sebagai negara monarki membenci paham itu. Inilah yang pada akhirnya membawa Uni Soviet dan Kekaisaran Jepang juga bermusuhan dalam sejarah Perang Dunia II.

Pasukan Kekaisaran Jepang yang ditangkap oleh Uni Soviet setelah Pertempuran Khalkhin Gol di Mongolia tahun 1939. Kekaisaran Jepang tidak mengetahui seberapa canggihnya Uni Soviet dalam militer sejarah Perang Dunia II. (Viktor Tyomin)

Sementara di Eropa, pada awal sejarah Perang Dunia II, Nazi Jerman dan Uni Soviet bersekutu. Tanggal 23 Agustus 1939, keduanya membuat Pakta Jerman-Soviet di mana kedua belah pihak berjanji untuk menyerang satu sama lain, berlaku selama 10 tahun, dan dapat diperpanjang secara otomatis untuk waktu tambahan lima tahun.

Namun, Pakta Jerman-Soviet hanya berlangsung sebentar. Bagi Hitler, pakta non-agresi itu hanya manuver taktisnya untuk berkuasa di Eropa.

Konyolnya, Nazi Jerman justru menyatakan perang terhadap Uni Soviet pada Juli 1940, sebelum menghancurkan Inggris Raya yang punya kekuatan besar. Kekonyolan ini terletak pada sumber daya yang dimiliki Nazi Jerman untuk menghadapi Inggris dan sekutunya.

Mengutip dari Statista, PDB gabungan kerajaan Inggris—termasuk koloni dan negeri dominasinya—sebesar 683 miliar dolar AS. Inggris jelas sudah menjadi musuh Nazi Jerman sejak awal Perang Dunia II.

Dengan menyerang Uni Soviet terlebih dahulu, memberi waktu bagi Inggris untuk bisa memobilisasi sumber daya ekonominya dan meminta bantuan Amerika Serikat. Kelak, AS akan terlibat langsung ketika Nazi Jerman menyatakan perang terhadapnya.

Selain itu, seandainya menyerang Uni Soviet ditunda, Nazi Jerman bisa mendapatkan pertolongan dengan lebih mudah menjatuhkan London. PDB Uni Soviet sendiri sekitar 359 dolar AS, yang seharusnya bisa berguna untuk membantu Nazi Jerman melawan Sekutu. PDB Uni Soviet sendiri jauh lebih tinggi daripada Kekaisaran Jepang yang beda tujuh peringkat.

Kemenangan Uni Soviet dalam sejarah Perang Dunia II begitu gemilang. Mereka bisa merangsek masuk ke Berlin, membuat Nazi Jerman bertekuk lutut. (Yevgeny Khaldei )

Perang dengan Uni Soviet membuat kerugian bagi Nazi Jerman. Setidaknya ada lebih dari 750.000 serdadu Jerman menjadi korban dalam Operasi Barbarossa yang sebenarnya dibutuhkan untuk melawan Inggris.

Ketimbang berkawan dengan Uni Soviet, Nazi Jerman justru menyetujui kesepakatan dengan Kekaisaran Jepang yang jauh secara lokasi geopolitik, dalam sejarah Perang Dunia II. Kesepakatan itu adalah Pakta Anti-Komintern yang mendapat dukungan antusias dari Hitler untuk mengguncangkan Uni Soviet.

Andaikan saja Nazi Jerman tidak mengkhianati Pakta Jerman-Soviet, mungkin bisa membiarkan musuh-musuhnya saling berperang. Misalnya, karena Uni Soviet berpaham komunis dan terlibat dalam perebutan Polandia dengan Sekutu, kedua belah pihak bisa saling berperang sehingga memudahkan Nazi Jerman.

Pada akhirnya dalam sejarah Perang Dunia II, Nazi Jerman tergencet di barat dan timur. Pada tahun 1944, Inggris bangkit setelah mengumpulkan semua sumber dayanya yang tersebar di seluruh dunia.

Celakanya, Nazi Jerman bertekuk lutut di mantan kawannya sendiri, Uni Soviet, pada April 1945. Cita-cita Hitler yang ingin menguasai Moskow, justru kandas dengan Berlin yang diwarnai bendera merah Soviet. Sementara itu, Kekaisaran Jepang kehilangan kuasanya di Tiongkok karena kuatnya pengaruh Uni Soviet. Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril pun menjadi kawasan Uni Soviet.