Angin Ilahi dalam Dua Kali Invasi Mongol ke Wilayah Kekaisaran Jepang

By Utomo Priyambodo, Rabu, 5 Juli 2023 | 14:00 WIB
Sejarah mencatat pasukan Mongol setidaknya pernah dua kali menginvasi wilayah Kekaisaran Jepang dan selalu ada angin ilahi dalam dua kali invasi ini. (Gary Todd/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah mencatat bahwa gerombolan pasukan Mongol setidaknya pernah dua kali menginvasi wilayah Kekaisaran Jepang. Penyerbuan oleh gerombolan Mongol ini dihadapi langsung oleh para prajurit samurai Kekaisaran Jepang.

Tak hanya para samurai Kekaisaran Jepang. Tuhan atau dewa dalam kepercayaan masyarakat Jepang tampaknya juga turut serta dalam pertempuran ini karena munculnya angin ilahi di kedua pertempuran tersebut.

Kala itu, pada pertengahan abad ketiga belas, gerombolan Mongol mungkin merupakan pasukan militer paling kuat di muka bumi. Wilayah Kekaisaran Mongol membentang dari Danube ke Laut Jepang dan dari Siberia Utara ke Kamboja.

Luas wilayah Kekaisaran Mongol itu mencakup daratan sekitar 33 juta kilometer persegi yang setara dengan 22% dari total luas daratan bumi. Wilayah ini juga menguasai populasi lebih dari 100 juta orang.

Sebaliknya, pada Periode Kamakura, wilayah Kekaisaran Jepang adalah sebuah pulau kecil yang terbagi oleh konflik internal dengan panglima perang saingan yang bertarung di antara mereka sendiri untuk memperebutkan tanah, hak istimewa, dan sumber daya.

Awal Mulai Invasi Mongol ke Kekaisaran Jepang

Pada tahun 1268 pemimpin Mongol, Kubilai Kahn (cucu pendiri bangsa Jenghis) mengirim utusannya ke Jepang untuk menuntut pengakuan atas kekuasaan Mongol. Hal ini dibantah oleh Jepang.

Mulanya, hanya ada sedikit tanggapan Mongol terhadap pembangkangan Kekaisaran Jepang. Sebab, Kubilai Kahn sedang terlibat dalam konflik di Tiongkok, tempat ia membangun pijakan kekuasaan yang substansial pada tahun 1273.

Setahun kemudian, Kubilai Khan mengalihkan perhatiannya kembali ke Jepang dan mengirim pasukan yang terdiri dari tentara Mongol, Tiongkok, dan Korea untuk menaklukkan para prajurit samurai Kekaisaran Jepang yang kurang ajar.

Bangsa Mongol adalah pasukan yang jauh lebih kuat daripada musuh mereka dalam beberapa hal termasuk kekuatan manusia, keterampilan organisasi dan kesadaran taktis. Keunggulan Mongol ini diakui pula oleh Shikken (Bupati) berusia 18 tahun, Tokimune Hojo.

Bahkan pada usia muda itu, Tokimune Hojo adalah seorang pejuang yang ulung dan dia menyadari betapa besar bahaya yang dihadapi Kekaisaran Jepang.

Di sisi lain ancaman Mongol ini bisa juga menjadi momentum ntuk mengakhiri perseteruan antara klan samurai yang saling bersaing dalam upaya membuat mereka bersatu melawan musuh bersama.

Invasi Pertama Bangsa Mongol

Dikutip dari The History of Fighting, invasi pertama Mongol ke Kekaisaran Jepang terjadi pada 19 November 1274. Saat itu grombolan Mongol mendarat di Teluk Hakata dan bertemu dengan prajurit samurai Jepang dari Wilayah Kyushu.

Gaya bertarung yang disukai para samurai pada abad ketiga belas adalah menyerbu ke dalam pertempuran dan menantang prajurit lawan untuk bertarung secara individu selama pertempuran lapangan. Namun musuh asing mereka menggunakan jenis strategi yang berbeda.

Pasukan Mongol memilih melaju ke arah samurai yang menembakkan tembakan panah yang dibubuhi racun, sebelum mundur untuk menghindari jangkauan lawan mereka.

Gelombang serangan ini berlanjut tanpa henti dan dikombinasikan dengan penggunaan bom api yang mungkin telah dikembangkan di Tiongkok dan tidak hanya membakar para prajurit samurai tetapi juga tunggangan mereka.

Para samurai Kekaisaran Jepang terpaksa mundur ke formasi pertahanan. Namun bangsa Mongol tidak dapat membangun keunggulan mereka dan mengejar pasukan Jepang lebih jauh karena mereka kekurangan anak panah.

Pasukan Mongol kemudian naik kembali ke kapal mereka dan meninggalkan Teluk Hakata dengan kemenangan yang menentukan. Namun tiba-tiba, badai yang diyakini masyarakay Jepang sebagai angin ilahi datang.

Badai itu menghancurkan sebagian besar armada gerombolan dengan embusan angin kencang, hujan lebat, dan gelombang besar. Akibatnya, pasukan Mongol kehilangan sekitar 13.000 orang dari pasukan yang berkekuatan sekitar 35.000 pada awal pertempuran dan 200 dari 900 kapal mereka hilang ke laut.

Invasi Kedua Bangsa Mongol

Selama beberapa tahun berikutnya, Kubilai Khan berkonsentrasi untuk menaklukkan Tiongkok Selatan. Barulah pada tahun 1279, Kubilai Khan mengirim lebih banyak utusan ke Jepang untuk menuntut para pemimpin di sana memberi penghormatan kepadanya.

Jawaban Kekaisaran Jepang adalah "tidak" dan kepala para utusan Mongol dikembalikan ke Kubilai Khan, tanpa tubuh mereka. Kubilai Khan sangat marah tetapi menunggu hingga Mei 1281 untuk mencoba membalas dendam.

Kubilai Khan mengumpulkan pasukan lebih dari 200.000 orang. Di sisi lain, dalam persiapan untuk konflik yang akan datang, Jepang membangun tembok setinggi 4,5 meter dan panjang 40 kilometer di sepanjang pantai Teluk Hakata.

Pasukan Kekaisaran Jepang juga merakit sejumlah besar perahu kecil yang dirancang khusus untuk bertempur di perairan dangkal dalam upaya menghambat kemampuan lawan untuk mendaratkan pasukan.

Dalam rencana Kubilai Khan, armada Mongol akan menyerang dalam dua gelombang. Yang pertama berangkat dengan 900 kapal yang membawa 40.000 orang yang akan diikuti oleh 100.000 tentara dan 60.000 pelaut yang akan diangkut dengan 3.500 kapal.

Gelombang pertama mencapai Tsushima pada tanggal 9 Juni. Meskipun mendapat perlawanan yang kuat dari Jepang, pasukan Mongol ini berhasil mengatasi pasukan samurai di sana.

Gerombolan Mongol terus maju ke Kyushu di Teluk Hakata. Di sana, para samurai berhasil membatasi kemampuan Mongol untuk mendaratkan pasukan dalam jumlah kecil dan menggunakan serangan malam hari di kapal mereka.

Angin Ilahi

Taktik para samurai Kekaisaran Jepang membuat frustrasi bangsa Mongol yang kembali ke kapal mereka. Di kapal, mereka justru segera menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan yang sama lagi dengan menyerang Jepang selama musim topan.

Kali itu, badai lain menghantam dengan keganasan yang lebih besar daripada yang terakhir dan menghancurkan gelombang pertama dan kedua armada.

Angin ilahi ini, begitu diyakini oleh orang Jepang, merupakan bukti campur tangan para dewa dan dikenal sebagai Kamikaze atau Angin Dewa.

Akibat angin ilahi ini, sekitar 4.000 kapal pasukan Mongol tenggelam dan sekitar 100.000 orang kehilangan nyawa. Kejadian ini memaksa armada mereka untuk kembali ke Tiongkok.

Sekali lagi, gerombolan Mongol telah dikalahkan oleh kekuatan alam atau angin ilahi yang mengakhiri setiap upaya besar mereka untuk menjadi penguasa prajurit samurai Kekaisaran Jepang.